Pulau Sumba rawan gempa

id BMKG

Pulau Sumba rawan  gempa

Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Waingapu, Sumba Timur Arief Tyastama. (ANTARA Foto/Bernadus TOKAN)

Pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur, menurut Stasiun Geofisika Sumba Timur, rawan terhadap gempa bumi karena potensi gempa berada hampir di seluruh pulau seluas 11.153 km² itu.
Kupang (AntaraNews NTT) - Pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur, menurut Stasiun Geofisika Sumba Timur, rawan terhadap gempa bumi karena potensi gempa berada hampir di seluruh pulau seluas 11.153 km² itu.

"Dari peta sebaran, gempa bumi berada hampir di seluruh wilayah Pulau Sumba. Hal inilah yang membuat pulau Sandelwood itu secara keseluruhan rawan terhadap gempa bumi," kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas III Waingapu, Sumba Timur, Arief Tyastama kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Jumat (12/10).

Dia mengemukakan hal itu ketika ditanya tentang kondisi tektonik di wilayah Pulau Sumba, karena hampir setiap saat, pulau yang dijuluki wisatawan dengan sebutan Hidden Paradise atau Surga Yang Tersembunyi, itu tak pernah alpa dari guncangan gempa.

Berdasarkan peta sumber gempa bumi yang dirilis oleh Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGen) pada 2017, terdapat beberapa sumber gempa yang mengakibatkan kerawanan di Pulau Sumba secara tektonik.

Di antaranya pertemuan lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia menjadi penyebab utama gempa bumi yang terjadi di wilayah Pulau Sumba dan sekitarnya.

Gempa bumi yang diakibatkan oleh penunjaman ini, umumnya berupa gempa bumi dangkal di sebelah Selatan dan di bawah Pulau Sumba dengan kedalaman 0-60 km.

Berdasarkan penelitian PuSGen, gempa yang diakibatkan oleh penunjaman ini dapat terjadi dengan magnitudo maksimal hingga mencapai M=8,9 dan dapat membangkitkan tsunami.

Baca juga: Sebanyak 23 kali Sumba Timur diguncang gempa

Peristiwa tsunami pada 1977 di Selatan Pulau Sumba dibangkitkan oleh gempa pada daerah penunjaman ini.

Selain gempa bumi dangkal, penunjaman lempeng tersebut juga mengakibatkan gempa bumi dengan kedalaman menengah antara 60 - 300 km yang terjadi di daerah sebelah Utara Pulau Sumba. Gempa bumi menengah ini relatif lebih aman dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap bangunan.

Akibat dari penunjaman lempeng juga menimbulkan gempa bumi dalam dengan kedalaman lebih dari 300 km di bawah, dan utara Pulau Flores. Gempa bumi dalam ini umumnya tidak menimbulkan kerusakan dan jarang dirasakan.

Selain adanya Lempeng Australia di sebelah Selatan NTT yang menyusup/menunjam/subduct ke arah Utara menuju ke bawah Lempeng Eurasia, di sekitar daerah subduction tersebut terdapat sesar busur muka.

Sesar busur muka ini antara lain sesar Sumba 2, Sumba 3, Sumba 4, Sumba 5, Sesar Sumba North dan sesar Savu. Sesar Sumba 2, 3, 4, dan 5 mempunyai pergerakan menuju arah utara dengan kecepatan 0.5 mm per tahun.

Pergerakan lempeng tersebut dapat mengakumulasi energi yang apabila dilepaskan dalam bentuk gempa bumi, akan berkekuatan hingga mencapai magnitudo maksimal sebesar M=7,0.

Berbeda dengan Sumba 2, 3, 4, dan 5, sesar aktif Sumba North mempunyai kecepatan yang lebih besar yaitu 17,5 mm per tahun. Sesar ini diperkirakan merupakan penyebab gempa bumi pada 2 Oktober 2018 dengan kekuatan M=6,3.

Baca juga: Gempa susulan 6,3 SR guncang Sumba Timur

"Magnitudo gempa bumi maksimal yang dapat dilepaskan oleh sesar ini adalah M=7,7," katanya dan menambahkan melihat lokasi sesar yang berada di laut dan besarnya magnitudo maksimal, sesar Sumba North ini patut diwaspadai sebagai penyebab tsunami yang dapat terjadi kapan saja.

Penyebab lain kerawanan gempa bumi di Pulau Sumba adalan sesar Bondowatu. Sesar Bondowatu mempunyai kecepatan pergeseran sebesar 0,5 mm per tahun. Sesar ini dapat mengakibatkan gempa bumi dengan magnitudo maksimum sebesar M=6,5.

"Namun karena sesar ini terletak di daratan, patut diwaspadai ancaman gempa bumi yang dapat merusak konstruksi bangunan," demikian Arief Tyastama.