Kupang, NTT (ANTARA) - Tim periset dari Politeknik Negeri Kupang (PNK) terus memperkuat langkah hilirisasi inovasi teknologi peternakan melalui kegiatan Workshop Penyusunan Dokumen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)/Hak Cipta dan Penulisan Karya Ilmiah untuk Publikasi Nasional dan Internasional.
Kegiatan ini dilaksanakan di Ballroom Hotel Sotis Kupang, pada Sabtu, 26 April 2025, dengan semangat untuk memperkuat perlindungan hukum serta mendorong penyebarluasan hasil riset yang berbasis pada kebutuhan lokal.
Workshop ini merupakan bagian dari Program Katalisator Kemitraan Berdikari Tahun Kedua yang didanai melalui skema e-Rispro oleh LPDP, Kementerian Keuangan RI, dan digagas oleh Dit. Mitras DUDI, Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemendiktisaintek (sebelumnya Kemendikbudristek).
Program ini menempatkan inovasi berbasis riset sebagai kunci pembangunan berkelanjutan di daerah, termasuk dalam mendukung ketahanan pangan, dengan menjadikan riset sebagai fondasi penguatan ekonomi lokal melalui kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat.
Melanjutkan capaian tahun pertama (Program Ekosmira) yang menghasilkan policy paper berisi workforce planning dan innovation planning, tahun kedua difokuskan pada penguatan jejaring kemitraan serta implementasi inovasi menjadi teknologi tepat guna berbasis potensi lokal melalui pendekatan riset terapan.
Pada tahun ini, Politeknik Negeri Kupang, di bawah kepemimpinan ketua tim periset Ir. Frans Mangngi, ST., M.Eng., IPM., ASEAN Eng., berhasil memperoleh pendanaan riset untuk judul: “Inovasi Kombinasi Colony Cage System, Tunnel Ventilation, dan Sistem Pakan Otomatis, untuk Optimalisasi Produktivitas Ayam Petelur di Iklim Ekstrim: Kemandirian Lokal dalam Pemenuhan Kebutuhan Protein Bagi Kebijakan Makan Siang Gratis”.
Penelitian ini melibatkan melibatkan tim periset multidisiplin yang berasal dari dua Perguruan Tinggi Vokasi, yaitu Politeknik Negeri Kupang (PNK) dan Politeknik Negeri Pertanian Kupang (Politani).
Selain itu, penelitian ini juga menggandeng mitra utama, Kelompok Tani Maju Sejahtera, yang merupakan peternak ayam petelur yang berlokasi di desa Oelomin, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Inovasi Peternakan yang siap didaftarkan
Ketua Tim Periset, Ir. Frans Mangngi, ST., M.Eng., IPM., ASEAN Eng., menjelaskan bahwa riset mereka telah menghasilkan beberapa inovasi penting dalam teknologi pemeliharaan ayam petelur yang adaptif terhadap iklim ekstrem.
Melalui workshop ini, dua rancangan awal dokumen paten sederhana berhasil disusun.
“Inovasi ini bukan hanya menjawab tantangan iklim, tetapi juga memperhatikan efisiensi, keberlanjutan, dan kesejahteraan hewan. Perlindungan melalui HAKI sangat penting agar hasil riset bisa dimanfaatkan secara luas namun tetap melindungi hak intelektual para pengembangnya,” ujar Frans dalam sesi pembukaan.
Menumbuhkan budaya akademik produktif
Kegiatan workshop tidak hanya fokus pada paten, tetapi juga mendorong penyusunan karya ilmiah untuk publikasi nasional dan internasional.
Para peserta berdiskusi aktif untuk merumuskan topik-topik artikel ilmiah yang relevan dengan hasil penelitian mereka, seperti: sistem monitoring kandang berbasis IoT, analisis produktivitas dan kelayakan finansial usaha peternakan ayam petelur, desain kandang koloni terintegrasi, hingga penerapan prinsip kesejahteraan hewan dalam desain kandang.
Diskusi kelompok, sesi brainstorming, serta praktik penyusunan draf HAKI dan artikel ilmiah menjadi inti dari workshop ini.
Selain itu, peserta juga saling memberikan umpan balik melalui sesi presentasi dan review internal.

Kolaborasi untuk Hilirisasi dan Publikasi
Kegiatan ini juga mempertemukan para peneliti lintas bidang untuk memperkuat jejaring kolaboratif, yang sangat diperlukan dalam menghasilkan luaran akademik yang berdampak.
“Kita perlu membiasakan diri berpikir bukan hanya dari sisi penelitian, tapi juga bagaimana hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas, didaftarkan secara hukum, dan dibaca oleh komunitas akademik global,” tambah Frans.
Melalui perlindungan kekayaan intelektual dan produktivitas publikasi ilmiah, riset terapan dari daerah seperti NTT membuktikan diri sebagai motor penggerak perubahan nyata.
Workshop ini menjadi bagian dari ikhtiar kolektif membangun budaya akademik yang berdampak bagi masyarakat.


