Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Timur Yohanis Tay Ruba mengharapkan kegiatan sekolah lapang iklim (SLI) dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan dalam provinsi berbasis kepulauan itu.
"Masyarakat NTT, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan sangat mengapresiasi kegiatan SLI Tahap III Tahun 2018, yang diadakan BMKG. Kami berharap kegiatan serupa dapat dilaksanakan di seluruh kecamatan di NTT," kata Yohanis pada acara panen raya SLI di Desa Boentuka, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Senin (29/10).
Menurut dia, hasil produktivitas kelompok tani binaan Badan Pusat Statistik (BPS) TTS ini sangat mengembirakan.
Produktivitas pada SLI Tahap III Provinsi NTT Tahun 2018 mencapai 10.9 ton/ha atau dua kali lipat dari rata-rata di wilayah Kecamatan Batu Putih.
Hamdan Nurdin, climate forecaster untuk wilayah NTT mengatakan, kegiatan panen raya ini merupakan acara puncak, sekaligus menutup rangkaian kegiatan SLI Tahap III, yang telah diadakan selama satu musim tanam, yakni sejak bulan Juni-Oktober 2018.
SLI ini merupakan program Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang bertujuan untuk menjembatani pemahaman informasi cuaca dan iklim bagi petugas penyuluh pertanian dan petani yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Petani Flores mulai panen jambu mete
"Selain untuk mendukung Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2011 tentang pengamanan produksi beras nasional dalam menghadapi kondisi dan iklim ekstrim," katanya kepada Antara.
Dia menjelaskan, SLI kali ini langsung ditujukan kepada para petani yang berjumlah 25 orang, yang berasal dari lima kelompok tani di wilayah Kecamatan Batu Putih, Kabupaten TTS.
Proses pembelajaran lebih banyak melakukan pengamatan klimatologi dan agroekosistem di lahan penelitian, serta berdiskusi dengan petugas dari BMKG dan penyuluh pertanian setempat.
"Dalam pembelajaran SLI, terlebih dahulu dilakukan pre-test untuk mengetahui pemahaman awal peserta terkait informasi iklim dengan hasil 39 persen dan dilakukan post-test dengan hasil yang signifikan 77 persen," katanya menjelaskan.
Baca juga: Petani Lembata panen 1,7 ton bawang merah