Cerita Tia Ragat berjuang mendulang prestasi di perguruan tinggi

id mahasiswa berprestasi,mahasiswa Unwira Kupang,NTT

Cerita Tia Ragat berjuang mendulang prestasi di perguruan tinggi

Mahasiswi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Adventya Melani Ragat (ANTARA/Albertina Meo)

Kupang (ANTARA) - Wajah perempuan muda itu tampak sumringah kala menceritakan kembali perannya mewakili perguruan tinggi dalam kegiatan di tingkat mancanegara.

Pemilik nama lengkap Kristiani Adventya Melani Ragat tampak mengenang kembali ketika ia menjadi satu-satunya delegasi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unika) Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengikuti kegiatan Korea International Culture and Education di Seoul, Korea Selatan pada 2018 silam.

Gadis kelahiran Kota Kupang, 15 Desember 1999 yang akrab disapa Tia Ragat merasa bangga dipercayakan mengikuti kegiatan berkelas internasional yang mempertemukannya dengan para kaum intelektual dari berbagai negara seperti  Amerika, Filipina, India, Iran, Arab, Malaysia, Korea, dan negara lainnya dari Eropa yang belajar tentang budaya dan pendidikan.

Selain berkompetisi, momentum istimewa itu juga menjadi kesempatan untuk belajar tentang budaya orang-orang dari berbagai negara.

Bagi Tia Ragat, berada di titik itu adalah sebuah prestasi gemilang yang digapai dalam catatan perjalanan hidupnya sebagai seorang pelajar di perguruan tinggi.

Prestasi itu menjadi pemantik untuk membakar semangat Tia Ragat untuk mendulang prestasi lain seperti menjadi delegasi Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) tingkat nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Universitas Gadja Mada. Di ajang itu, ia menyabet juara favorit bersama dua teman lainnya.

Selain itu mengikuti kegiatan XL Future Leaders Batch 9 Awardee 2020 dan terpilih sebagai penerima beasiswa XL Future Laeaders 9 Awarde serta menjadi 50 besar finalis Program Pemuda Delegasi Indonesia (PPDI) Singapura-Malaysia di tahun 2020.

Menjadi pembicara dan moderator dalam seminar lokal maupun nasional serta menjuarai kompetisi tak luput dari prestasi yang ia catatkan

Perjalanan mendulang sederet prestasi itu berangkat dari sebuah keinginan kuat Tia Ragat untuk mengharumkan nama perguruan tinggi terutama di Prodi Ilmu Komunikasi yang saat itu dipandang kurang kompetitif.

Ia tak ingin masa belajar di perguruan tinggi hanya untuk mengejar Indeks Prestasi Komulatif (IPK) namun menjadi kesempatan untuk berkompetisi dan berkolaborasi di luar kelas melalui berbagai ajang atau perlombaan.

"Saya berusaha mengubah kondisi ini untuk membuat prodi saya lebih bersinar. Mahasiswanya yang aktif dalam berkompetisi melalui kegiatan dan lomba-lomba," katanya.

Menulis buku

Bagi Tia Ragat, ketekunan dalam belajar dan bekerja keras dalam proses selama mengenyam pendidikan perguruan tinggi tak akan mengkhianati hasil yang cemerlang.

Prinsip itu yang membawanya melahirkan karya prestisius berupa sebuah buku berjudul "Kisa Cinta Kesekian" yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama Publishing Agustus tahun 2022.

"Terus bekerja keras, berjuang dan jangan lupa berdoa adalah prinsip yang saya tanamkan dalam diri," katanya.

Tak semua proses berjalan mulus karena ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang membuatnya merasa gagal seperti dalam proses menulis buku.

Namun terlarut dalam kegagalan tidak ada dalam kamus hidup Tia Ragat yang selalu memandang kegagalan adalah sebuah kesuksesan yang tertunda. Ketika gagal, pasti ada kekurangan atau titik lemah yang harus dibenahi kembali. 

"Yang paling penting adalah memaknai kegagalan sebagai pemacu untuk berbenah agar kembali ke jalur menuju sukses," katanya.

Anak yang berprestasi selalu menjadi kebanggaan keluarga. Begitulah yang dirasakan ayah Tia Ragat, Paulus Dacang.

Sang ayah meyakini kegigihan dalam berjuang adalah modal berarti bagi anaknya untuk merintis jalan suksesnya di masa depan.

Berbagai capaian yang diraih telah mengubah cara pandang orang tua yang juga kadang pesimistis dengan apa yang dijalani si anak.

Tia Ragat boleh berbangga, selain membanggakan orang tua, namanya kini tercatat dalam perjalanan perguruan tinggi Unwira sebagai salah satu mahasiswi dengan segudang prestasi.

Tidak berlebihan untuk menempatkannya sebagai bagian dari role model bagaimana semestinya pelajar perguruan tinggi menempah diri. Tia Ragat mampu mengharumkan nama perguruan tinggi dan program studi yang membuat bangga para dosen.

"Sebagai salah satu dosen Tia Ragat, saya merasa sangat bangga dengan apa yang sudah ia torehkan, saya berharap semakin banyak mahasiswa seperti dia," Kata Dosen Ilmu Komunikasi Fransiska Desiana Setyaningsih.

Ia meyakini pelajar seperti Tia Ragat dengan modal prestasi yang dimiliki dapat memudahkannya ketika terjun di dunia kerja hingga menggapai impian.