Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mewajibkan semua kabupaten/kota untuk menambahkan serbuk kelor dalam pemberian makanan tambahan (PMT) untuk memperbaiki asupan zat gizi bagi anak-anak yang mengalami stunting.
"Gubernur NTT sudah mengeluarkan edaran kepada semua pemerintah kabupaten/kota agar dalam pangan lokal untuk makanan tambahan (PMT) bagi anak stunting ditambahkan dengan serbuk kelor," kata Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTT Ruth Laiskodat dalam kegiatan sosialisasi teknis pemberian makanan tambahan (PMT) dan peluncuran resep PMT lokal tinggi protein hewani dengan tambahan kelor NTT untuk ibu hamil dan balita di Kota Kupang, Selasa, (4/4/2023).
Menurut dia, tambahan serbuk kelor NTT karena kandungan gizi yang tinggi dalam memperbaiki kondisi gizi anak-anak yang mengalami stunting, gizi buruk, maupun kurang gizi.
Ia menambahkan melalui tambahan serbuk kelor dalam makanan tambahan maka secara langsung mendukung usaha mikro kecil menengah (UMKM) tumbuh dengan pesat.
Dia mengatakan dalam makanan tambahan yang diberikan kepada anak-anak yang menderita stunting harus diberikan 2,5 hingga 3 gram serbuk kelor untuk setiap porsi makanan selama tiga bulan.
Ruth Laiskodat menegaskan angka kekerdilan di Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini sudah berada pada posisi 15,7 persen dari 77.338 penderita stunting.
"Kami targetkan dalam tahun ini angka kekerdilan di NTT turun lagi hingga 12 persen dari jumlah anak yang mengalami kekerdilan di NTT," katanya.
Pemerintah Provinsi NTT telah membuat buku menu makanan PMT untuk kebutuhan anak-anak yang mengalami stunting sehingga dengan mudah diaplikasikan oleh setiap posyandu maupun puskesmas di NTT.
Founder Dapur Kelor Dedy Krisnandi mengatakan ada tiga manfaat dari tanaman kelor, karena pemilik pohon kelor bisa mendapatkan pemasukan uang dan UMKM bisa mendapatkan keuntungan, juga anak-anak dan ibu hamil bisa memanfaatkan kelor untuk kebutuhan gizi.
Ia mengapresiasi kerja cerdas dari Ketua TP PKK Provinsi NTT Julie Sutrino Laiskodat yang tidak hanya fokus ke kelor tetapi juga memberdayakan para pelaku UKM berbasis kelor untuk dijadikan produk unggulan lokal.
"Kelor ini salah satu yang bisa mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat NTT, karena mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT juga menekan stunting," katanya.
PMT tahun 2023 akan diberikan kepada 436 puskesmas di seluruh NTT selama tiga bulan sehingga diharapkan berdampak pada penurunan stunting maupun perbaikan gizi pada anak-anak yang mengalami kekurangan gizi.
Baca juga: Klasis kota Kupang raih penghargaan gereja peduli stunting
Baca juga: BKKBN fokus cegah munculnya kasus stunting baru di NTT
"Gubernur NTT sudah mengeluarkan edaran kepada semua pemerintah kabupaten/kota agar dalam pangan lokal untuk makanan tambahan (PMT) bagi anak stunting ditambahkan dengan serbuk kelor," kata Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi NTT Ruth Laiskodat dalam kegiatan sosialisasi teknis pemberian makanan tambahan (PMT) dan peluncuran resep PMT lokal tinggi protein hewani dengan tambahan kelor NTT untuk ibu hamil dan balita di Kota Kupang, Selasa, (4/4/2023).
Menurut dia, tambahan serbuk kelor NTT karena kandungan gizi yang tinggi dalam memperbaiki kondisi gizi anak-anak yang mengalami stunting, gizi buruk, maupun kurang gizi.
Ia menambahkan melalui tambahan serbuk kelor dalam makanan tambahan maka secara langsung mendukung usaha mikro kecil menengah (UMKM) tumbuh dengan pesat.
Dia mengatakan dalam makanan tambahan yang diberikan kepada anak-anak yang menderita stunting harus diberikan 2,5 hingga 3 gram serbuk kelor untuk setiap porsi makanan selama tiga bulan.
Ruth Laiskodat menegaskan angka kekerdilan di Provinsi Nusa Tenggara Timur saat ini sudah berada pada posisi 15,7 persen dari 77.338 penderita stunting.
"Kami targetkan dalam tahun ini angka kekerdilan di NTT turun lagi hingga 12 persen dari jumlah anak yang mengalami kekerdilan di NTT," katanya.
Pemerintah Provinsi NTT telah membuat buku menu makanan PMT untuk kebutuhan anak-anak yang mengalami stunting sehingga dengan mudah diaplikasikan oleh setiap posyandu maupun puskesmas di NTT.
Founder Dapur Kelor Dedy Krisnandi mengatakan ada tiga manfaat dari tanaman kelor, karena pemilik pohon kelor bisa mendapatkan pemasukan uang dan UMKM bisa mendapatkan keuntungan, juga anak-anak dan ibu hamil bisa memanfaatkan kelor untuk kebutuhan gizi.
Ia mengapresiasi kerja cerdas dari Ketua TP PKK Provinsi NTT Julie Sutrino Laiskodat yang tidak hanya fokus ke kelor tetapi juga memberdayakan para pelaku UKM berbasis kelor untuk dijadikan produk unggulan lokal.
"Kelor ini salah satu yang bisa mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat NTT, karena mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTT juga menekan stunting," katanya.
PMT tahun 2023 akan diberikan kepada 436 puskesmas di seluruh NTT selama tiga bulan sehingga diharapkan berdampak pada penurunan stunting maupun perbaikan gizi pada anak-anak yang mengalami kekurangan gizi.
Baca juga: Klasis kota Kupang raih penghargaan gereja peduli stunting
Baca juga: BKKBN fokus cegah munculnya kasus stunting baru di NTT