Kupang (ANTARA) - Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan sektor pertanian menjadi motor penggerak ekonomi daerah dengan sumber terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) NTT.
"Sejak tahun 2019 pemerintah NTT mengembangkan pertanian terintegrasi jagung-ternak yang disebut tanam jagung panen sapi (TJPS). Program ini merupakan suatu bentuk kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang bertujuan bukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga tetapi untuk mengisi kebutuhan rantai pasok kebutuhan lokal maupun nasional," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan program TJPS yang dilakukan selama 2019-2021 dengan pola reguler yaitu pemerintah Provinsi NTT menyiapkan sarana produksi bagi petani atau kelompok tani penerima manfaat.
Pada 2022-2023 kata dia dilaksanakan dengan pola kemitraan tanpa intervensi dana APBD sehingga para petani secara mandiri membiayai usaha tani melalui dukungan ekosistem keuangan.
Menurut dia, sejak program TJPS dilakukan terjadi peningkatan luas penanaman jagung di provinsi berbasis kepulauan itu.
Ia mengatakan luas lahan tanam pada 2019 mencapai 2.400 hektare dengan luas panen mencapai 2.017,53 hektare dengan total produksi mencapai 9.538 ton jagung, sementara pada 2022 luas lahan tanam meningkat menjadi 101.356hektare dengan luas panen 95,403 hektare dan kapasitas produksi 297.657 ton.
Sementara itu pada 2023 pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menargetkan luas areal tanam mencapai 300.000 hektare seluruh NTT.
Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan Provinsi NTT pertama kalinya pada 2022 melakukan eksport jagung curah ke Surabaya provinsi Jawa Timur sebanyak 1.000 ton dari Kabupaten Sumba Barat Daya.
Ia menambahkan program TJPS yang digulirkan selama kepemimpinan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat bersama Wakil Gubernur Josef Nae Soi telah ikut meningkatkan jumlah ternak di NTT.
Dia mengatakan pada 2019 hingga 2022 yaitu 24.089 ekor ayam, 4.435 ekor kambing, 5.831 ekor babi dan 1.218 ekor sapi.
"Melalui program TJPS maka persediaan pangan masyarakat juga bertambah sehingga bisa mengantisipasi apabila terjadi kekurangan pangan sebagai dampak perubahan cuaca ," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat.
Baca juga: Artikel - Melindungi areal sawah, menjaga swasembada pangan
Baca juga: Nagekeo ambil langkah strategis antisipasi dampak El Nino
"Sejak tahun 2019 pemerintah NTT mengembangkan pertanian terintegrasi jagung-ternak yang disebut tanam jagung panen sapi (TJPS). Program ini merupakan suatu bentuk kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang bertujuan bukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga tetapi untuk mengisi kebutuhan rantai pasok kebutuhan lokal maupun nasional," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan program TJPS yang dilakukan selama 2019-2021 dengan pola reguler yaitu pemerintah Provinsi NTT menyiapkan sarana produksi bagi petani atau kelompok tani penerima manfaat.
Pada 2022-2023 kata dia dilaksanakan dengan pola kemitraan tanpa intervensi dana APBD sehingga para petani secara mandiri membiayai usaha tani melalui dukungan ekosistem keuangan.
Menurut dia, sejak program TJPS dilakukan terjadi peningkatan luas penanaman jagung di provinsi berbasis kepulauan itu.
Ia mengatakan luas lahan tanam pada 2019 mencapai 2.400 hektare dengan luas panen mencapai 2.017,53 hektare dengan total produksi mencapai 9.538 ton jagung, sementara pada 2022 luas lahan tanam meningkat menjadi 101.356hektare dengan luas panen 95,403 hektare dan kapasitas produksi 297.657 ton.
Sementara itu pada 2023 pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menargetkan luas areal tanam mencapai 300.000 hektare seluruh NTT.
Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan Provinsi NTT pertama kalinya pada 2022 melakukan eksport jagung curah ke Surabaya provinsi Jawa Timur sebanyak 1.000 ton dari Kabupaten Sumba Barat Daya.
Ia menambahkan program TJPS yang digulirkan selama kepemimpinan Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat bersama Wakil Gubernur Josef Nae Soi telah ikut meningkatkan jumlah ternak di NTT.
Dia mengatakan pada 2019 hingga 2022 yaitu 24.089 ekor ayam, 4.435 ekor kambing, 5.831 ekor babi dan 1.218 ekor sapi.
"Melalui program TJPS maka persediaan pangan masyarakat juga bertambah sehingga bisa mengantisipasi apabila terjadi kekurangan pangan sebagai dampak perubahan cuaca ," kata Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat.
Baca juga: Artikel - Melindungi areal sawah, menjaga swasembada pangan
Baca juga: Nagekeo ambil langkah strategis antisipasi dampak El Nino