Kupang (ANTARA) - Tanoto Foundation salah satu filantropi independen bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur mengajak jurnalis di provinsi berbasis kepulauan itu untuk bersama-sama mencegah meningkatnya kasus kekerdilan atau stunting yang ada di daerah itu.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKKBN NTT Elsa Pongtuluran dalam sambutannya saat membuka kegiatan forum koordinasi jurnalis NTT kerja sama BKKBN dan Tanoto Foundation, Sabtu, mengatakan bahwa BKKBN memerlukan perpanjangan tangan melalui peran media massa baik cetak dan elektronik.
“Tentunya peran teman-teman sangat. penting untuk mengkampanyekan penyebab stunting dan dampak stunting bagi masyarakat dengan harapan agar adanya peningkatkan pengetahuan, kesadaran dan pemahaman yang mendorong perubahan perilaku pada masyarakat,” katanya.
Dia menambahkan bahwa angka stunting saat ini mencapai 15,2 persen atau secara angka berada pada 63.804 penderita stunting di provinsi yang terkenal dengan wisata Komodonya itu.
Jika dibandingkan dengan tahun 2022, jumlah anak penderita stunting di NTT mencapai 77.338 orang. Sehingga jika dihitung terjadi penurunan sebesar 3,4 persen.
Walaupun mengalami penurunan jumlah anak penderita stunting, namun prosentase itu masih belum sesuai dengan target yaitu 12-10 persen sesuai dengan perhitungan elektonik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).
Menurut dia pencegahan stunting harus dilakukan secara kolaboratif, yang artinya perlu kerja sama semua pihak, tidak hanya kerja sendiri-sendiri. Oleh sebab itu kini banyak pihak yang terlibat untuk mencegah menurunkan angka stunting tersebut.
Baca juga: Wagub NTT apresiasi Tanoto Foundation bantu penanganan stunting
Baca juga: Tanoto Foundation bantu tangani stunting di NTT
Elsa juga menekankan bahwa pekerjaan besar dan penting yang harus dilakukan saat ini baik oeh LSM, pemerintah dan jurnalis adalah mencari cara untuk mencegah agar tidak ada lagi calon-calon penderita stunting baru kedepannya.
External Communications Manager Tanoto Foundation Patrick Hutajulu menjelaskan bahwa selain bergerak dibidang pendidikan, Tanoto sendiri punya misi mendukung pemerintah untuk percepatan penurunan stunting.
" Bentuk implementasi dari komitmen ini salah satunya adalah melalui forum koordinasi jurnalis NTT ini yang merupakan kolaborasi bersama dengan BKKBN NTT,” tambah dia.
Tanoto tambah Patrick mengajak, mendukung, dan membantu media dalam menjalankan fungsinya sebagai corong utama untuk mengedukasi dan memberi informasi kepada publik demi penurunan stunting di NTT.
“Melalui forum koordinasi yang rencananya akan diadakan secara rutin hingga akhir tahun 2023 ini, Tanoto Foundation dan BKKBN NTT ingin memberikan informasi, data, dan pemahaman yang tepat mengenai stunting serta peningkatan kapasitas teman-teman jurnalis, dengan harapan dapat membantu rekan-rekan jurnalis dalam menjalankan fungsi edukasi dan informasi sehingga mendukung capaian penurunan stunting di Provinsi NTT," tambah Patrick.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKKBN NTT Elsa Pongtuluran dalam sambutannya saat membuka kegiatan forum koordinasi jurnalis NTT kerja sama BKKBN dan Tanoto Foundation, Sabtu, mengatakan bahwa BKKBN memerlukan perpanjangan tangan melalui peran media massa baik cetak dan elektronik.
“Tentunya peran teman-teman sangat. penting untuk mengkampanyekan penyebab stunting dan dampak stunting bagi masyarakat dengan harapan agar adanya peningkatkan pengetahuan, kesadaran dan pemahaman yang mendorong perubahan perilaku pada masyarakat,” katanya.
Dia menambahkan bahwa angka stunting saat ini mencapai 15,2 persen atau secara angka berada pada 63.804 penderita stunting di provinsi yang terkenal dengan wisata Komodonya itu.
Jika dibandingkan dengan tahun 2022, jumlah anak penderita stunting di NTT mencapai 77.338 orang. Sehingga jika dihitung terjadi penurunan sebesar 3,4 persen.
Walaupun mengalami penurunan jumlah anak penderita stunting, namun prosentase itu masih belum sesuai dengan target yaitu 12-10 persen sesuai dengan perhitungan elektonik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).
Menurut dia pencegahan stunting harus dilakukan secara kolaboratif, yang artinya perlu kerja sama semua pihak, tidak hanya kerja sendiri-sendiri. Oleh sebab itu kini banyak pihak yang terlibat untuk mencegah menurunkan angka stunting tersebut.
Baca juga: Wagub NTT apresiasi Tanoto Foundation bantu penanganan stunting
Baca juga: Tanoto Foundation bantu tangani stunting di NTT
Elsa juga menekankan bahwa pekerjaan besar dan penting yang harus dilakukan saat ini baik oeh LSM, pemerintah dan jurnalis adalah mencari cara untuk mencegah agar tidak ada lagi calon-calon penderita stunting baru kedepannya.
External Communications Manager Tanoto Foundation Patrick Hutajulu menjelaskan bahwa selain bergerak dibidang pendidikan, Tanoto sendiri punya misi mendukung pemerintah untuk percepatan penurunan stunting.
" Bentuk implementasi dari komitmen ini salah satunya adalah melalui forum koordinasi jurnalis NTT ini yang merupakan kolaborasi bersama dengan BKKBN NTT,” tambah dia.
Tanoto tambah Patrick mengajak, mendukung, dan membantu media dalam menjalankan fungsinya sebagai corong utama untuk mengedukasi dan memberi informasi kepada publik demi penurunan stunting di NTT.
“Melalui forum koordinasi yang rencananya akan diadakan secara rutin hingga akhir tahun 2023 ini, Tanoto Foundation dan BKKBN NTT ingin memberikan informasi, data, dan pemahaman yang tepat mengenai stunting serta peningkatan kapasitas teman-teman jurnalis, dengan harapan dapat membantu rekan-rekan jurnalis dalam menjalankan fungsi edukasi dan informasi sehingga mendukung capaian penurunan stunting di Provinsi NTT," tambah Patrick.