Kupang (ANTARA News NTT) - Pembangunan Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur ditargetkan selesai pada tahun 2021.

"Kalau sesuai kontrak maka bendungan Temef itu baru selesai pada tahun 2022, tapi dari perusahaan berharap supaya bisa selesai lebih cepat yakni kalau tidak pada akhir 2020 atau awal 2021," kata Manager Proyek Pembangunan Bendungan Temef Paket Satu PT. Waskita Karya Agasi Yudho B kepada Antara di Kupang, Senin (4/2).

Hal ini disampaikan ketika ditanyai soal perkembangan dari pembangunan bendungan Temef yang dibangun di TTS, yang juga masuk dalam program tujuh bendungan di NTT.

Ia mengatakan bahwa Bendungan Temef merupakan bendungan terbesar di Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas tampung sekitar 45 juta meter kubik air yang dibangun di atas areal seluas sekitar 45 hektare.

Bendungan Temef merupakan satu dari tujuh bendungan yang ada di Nusa Tenggara Timur yang dijanjikan pembangunannya oleh Presiden Joko Widodo semasa pemerintahan Gubernur NTT Frans Lebu Raya.

Bendungan lainnya adalah Raknamo di Kabupaten Kupang (sudah beroperasi), Rotiklot di Kabupaten Belu (siap beroperasi), Napung Gete di Kabupaten Sikka (sedang dalam pembangunan), Lambo di Kabupaten Nagekeo serta Kabupate Kupang dan Belu setelah Kolhua gagal dibangun.

Baca juga: Bendungan Rotiklot mulai lakukan pengisian air

Agasi menjelaskan pembangunan bendungan itu dilakukan oleh dua BUMN yakni PT Waskita Karya sendiri yang menanggani paket satu, dan paket dua ditanggani oleh PT.Nindya Karya.

"Kalau paket satu itu bendungan utama dan pengelaknya, sedang paket dua yang dibangun oleh Nindya Karya adalah lubang air (spill way) serta bangunan fasilitasnya," tambah Agasi.

Untuk progres pembangunan di paket satu oleh PT Waskita Karya, Agasi mengatakan bahwa hingga saat ini sudah mencapai 10.8 persen.

"sejauh ini memang progres pekerjaan mayoritas dari pekerjaan galian saja, dan sudah hampir selesai karena sudah mencapai 80 persen," ujarnya.

Hingga saat ini, kata dia, pihaknya sedang mempersiapkan untuk pekerjaan struktur saja, seperti pembangunan beton dan lain-lain dan targetnya efektif enam bulan.

Sementara pekerjaan lainnya belum dimulai karena memang pekerjaan pembangunan bendungan itu baru dimulai.

"Awalnya memang ada kendala pada lahan milik warga, tetapi atas kerja sama yang baik, akhirnya pemeilik lahan pun sadar dan memperbolehkan kedua BUMN Karya itu mulai bekerja," katanya.

Baca juga: Kemen-PUPR bangun satu bendungan lagi di Belu
Baca juga: Progres pembangunan bendungan Napunggete capai 34 persen

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024