Denpasar (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melatih 28 pemuda-pemudi untuk menjadi fasilitator lokal dalam menjalankan Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) di Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Jadi tugas dari fasilitator ini nanti mendampingi pandu budaya yang baru," kata Pamong Budaya Ahli Muda Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek Yani Haryanto ketika dihubungi dari Denpasar, Bali, Selasa, (5/3/2024). 

Sebanyak 28 fasilitator lokal yang dulunya menjadi pandu budaya itu dilatih untuk melanjutkan program SLKL 2024 dengan tema Kedaulatan Pangan di Masyarakat Adat.   

SLKL 2024 sendiri berfokus pada tiga kabupaten yakni Sikka, Flores Timur, dan Alor dan 14 titik pulau-pulau kecil.  

Para fasilitator lokal itu nantinya akan mencari pandu budaya yang baru di tiga kabupaten dan 14 pulau itu, lalu melakukan proses pendampingan.

Lewat pelatihan fasilitator lokal ini, kata Yani, Kemendikbudristek ingin memperkuat kapasitas mereka sehingga bisa menjalankan tugas dalam SLKL 2024.

Mereka nantinya akan mendampingi proses pencarian data, lalu temu kenali obyek pemajuan kebudayaan dan keragaman pangan di daerah masing-masing.

"Para fasilitator lokal ini akan lebih banyak terlibat dalam kegiatan SLKL berikutnya," ucap Yani.

SLKL merupakan salah satu kegiatan pelestarian budaya yang dijalankan oleh Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek.

Tugas dari pandu budaya yakni mengidentifikasi potensi objek pemajuan kebudayaan yang tersebar pada 14 titik itu.

Ia mengemukakan potensi OPK itu antara lain bahasa, adat istiadat, seni, permainan tradisional, olahraga tradisional, manuskrip, tradisi lisan, ritus, pengetahuan tradisional, dan teknologi tradisional.

Ia berharap para pandu budaya daerah yang didampingi oleh para fasilitator lokal ini dapat mengadaptasi SLKL tahun-tahun sebelumnya, serta menemukenali objek pemajuan kebudayaan.

Pandu budaya dapat menjadi pelaku aktif pemajuan kebudayaan masyarakat adat, serta adanya pemanfaatan kekayaan budaya yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

"Diharapkan tahun 2024 ini ada suatu gerakan untuk mempengaruhi kebijakan yang ada di pemerintah daerah setempat tentang pelestarian pangan lokal," ucapnya.

Adapun pelatihan bagi para fasilitator lokal ini berlokasi di Kabupaten Flores Timur mulai hari ini hingga 8 Maret mendatang.


Baca juga: Desa di Lembata angkat budaya dan peluang pariwisata lewat festival Guti Nale
Baca juga: Bupati Manggarai Barat ajak semua pihak lestarikan budaya lokal
Baca juga: Dirut BPOLBF : Budaya Manggarai jadi basis nilai pengembangan Parapuar
Baca juga: Telaah - Mengenal peribahasa Jawa "Bathok Bolu Isi Madu"

Pewarta : Fransiska Mariana Nuka
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024