Labuan Bajo (ANTARA) - Pegiat konservasi penyu di Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) siap melepas ratusan ekor tukik atau bayi penyu ke laut dalam momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia pada 17 Agustus 2024 mendatang.
"Kegiatan ini sekaligus juga memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024," kata Ketua Ikatan Pemuda Peduli Konservasi selaku anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bangko Bersatu Fadil Mubarak dihubungi di Labuan Bajo, Selasa, (13/8).
Ia menambahkan ratusan ekor tukik berjenis penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) yang telah dikumpulkan merupakan tukik dari tiga sarang telur penyu yang menetas dalam waktu berbeda sejak akhir Juli 2024.
"Sarang pertama menetas pada 28 Juli 2024 ada 91 ekor tukik dari 95 butir telur, sarang kedua menetas pada 7 Agustus 2024 ada 30 ekor tukik dari 73 butir telur dan sarang ketiga menetas pada 10 Agustus 2024 sebanyak 108 ekor tukik dari 113 butir telur penyu," jelas Fadil.
Ratusan ekor tukik, lanjut dia, telah dipindahkan ke bak pembesaran dan diberikan pakan serta dirawat hingga kegiatan pelepasan tukik ke laut pada 17 Agustus 2024 mendatang.
"Kegiatan ini dilakukan untuk motivasi edukasi ke masyarakat luas tentang pentingnya menjaga alam dan untuk melahirkan kesadaran tentang pentingnya menjaga penyu atau biota laut yang dilindungi karena di ambang kepunahan," katanya.
Menurut Fadil kesadaran masyarakat menjaga dan melestarikan biota laut yang dilindungi itu telah terbentuk, hal itu ditunjukkan warga di Kampung Bangko Desa Nanga Bere yang ikut melakukan kegiatan monitoring mandiri di pantai untuk melihat jejak pendaratan Penyu.
"Jika ditemukan langsung melapor ke Pokmaswas Bangko bersatu atau Ikatan Pemuda peduli konservasi (IPPK) dan dari belasan sarang yang telah kami amankan selama ini, setengahnya dari keterlibatan masyarakat," katanya.
Kesadaran masyarakat menjaga kelestarian penyu, lanjut Fadil, juga ditunjukkan dengan tidak melakukan praktik eksploitasi penyu seperti mengambil telur penyu dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan.
Sebelumnya, para pegiat konservasi di Desa Nanga Bere sepanjang tahun 2024 sudah melepas sebanyak 582 ekor tukik ke laut.
"Masih tersisa belasan sarang yang belum menetas atau dalam masa inkubasi," ujar Fadil.
Baca juga: Pokmaswas Desa Sulengwaseng Solor, Flotim lepasliarkan 275 ekor tukik
Ia menambahkan total tukik yang telah dilepas pegiat konservasi penyu ke laut sebanyak 3.900 ekor tukik dengan jenis penyu lekang, penyu sisik dan penyu hijau.
Baca juga: Artiikel - Melindungi penyu dari selatan Pulau Solor
Ia juga mengimbau masyarakat agar secara kolektif melestarikan penyu dengan tidak mengambil telur penyu untuk kepentingan konsumsi.
"Kegiatan ini sekaligus juga memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024," kata Ketua Ikatan Pemuda Peduli Konservasi selaku anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bangko Bersatu Fadil Mubarak dihubungi di Labuan Bajo, Selasa, (13/8).
Ia menambahkan ratusan ekor tukik berjenis penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) yang telah dikumpulkan merupakan tukik dari tiga sarang telur penyu yang menetas dalam waktu berbeda sejak akhir Juli 2024.
"Sarang pertama menetas pada 28 Juli 2024 ada 91 ekor tukik dari 95 butir telur, sarang kedua menetas pada 7 Agustus 2024 ada 30 ekor tukik dari 73 butir telur dan sarang ketiga menetas pada 10 Agustus 2024 sebanyak 108 ekor tukik dari 113 butir telur penyu," jelas Fadil.
Ratusan ekor tukik, lanjut dia, telah dipindahkan ke bak pembesaran dan diberikan pakan serta dirawat hingga kegiatan pelepasan tukik ke laut pada 17 Agustus 2024 mendatang.
"Kegiatan ini dilakukan untuk motivasi edukasi ke masyarakat luas tentang pentingnya menjaga alam dan untuk melahirkan kesadaran tentang pentingnya menjaga penyu atau biota laut yang dilindungi karena di ambang kepunahan," katanya.
Menurut Fadil kesadaran masyarakat menjaga dan melestarikan biota laut yang dilindungi itu telah terbentuk, hal itu ditunjukkan warga di Kampung Bangko Desa Nanga Bere yang ikut melakukan kegiatan monitoring mandiri di pantai untuk melihat jejak pendaratan Penyu.
"Jika ditemukan langsung melapor ke Pokmaswas Bangko bersatu atau Ikatan Pemuda peduli konservasi (IPPK) dan dari belasan sarang yang telah kami amankan selama ini, setengahnya dari keterlibatan masyarakat," katanya.
Kesadaran masyarakat menjaga kelestarian penyu, lanjut Fadil, juga ditunjukkan dengan tidak melakukan praktik eksploitasi penyu seperti mengambil telur penyu dan daging penyu untuk dikonsumsi atau diperjualbelikan.
Sebelumnya, para pegiat konservasi di Desa Nanga Bere sepanjang tahun 2024 sudah melepas sebanyak 582 ekor tukik ke laut.
"Masih tersisa belasan sarang yang belum menetas atau dalam masa inkubasi," ujar Fadil.
Baca juga: Pokmaswas Desa Sulengwaseng Solor, Flotim lepasliarkan 275 ekor tukik
Ia menambahkan total tukik yang telah dilepas pegiat konservasi penyu ke laut sebanyak 3.900 ekor tukik dengan jenis penyu lekang, penyu sisik dan penyu hijau.
Baca juga: Artiikel - Melindungi penyu dari selatan Pulau Solor
Ia juga mengimbau masyarakat agar secara kolektif melestarikan penyu dengan tidak mengambil telur penyu untuk kepentingan konsumsi.