Kupang, NTT (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur (DLHK NTT) menekankan upaya rehabilitasi kawasan hutan sebagai bentuk keberlanjutan ekologi pada peringatan Hari Bumi 22 April 2025.
“Salah satu fokus kami dalam upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup adalah dengan terus melakukan rehabilitasi kawasan hutan dan sekitarnya,” kata Kepala DLHK NTT saat ditemui di Kupang, Selasa.
Ia mengatakan selama ini DLHK NTT bersama unit vertikal Kementerian Kehutanan yang ada di wilayah NTT menginisiasi gerakan bersama dalam penghijauan atau penanaman pohon.
“Gerakan bersama ini kami wujudkan melalui penanaman baik di sekitar pesisir dengan mangrove ataupun tanaman-tanaman produktif di beberapa kawasan yang tujuannya untuk menyulam kembali kawasan tersebut,” jelasnya.
Selain itu, pihaknya turut melakukan penyediaan bibit pohon yang biasanya diakses oleh kelompok masyarakat maupun secara individu.
Lebih lanjut, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung keberlanjutan ekologi tidak hanya pada momentum Hari Bumi 2025, tetapi juga mengembangkan upaya konservasi lainnya.

“Hari Bumi pada 22 April sebetulnya menjadi semacam simbol, tetapi upaya pelestarian alam lingkungan harus dilakukan setiap waktu. Karena itu, kami telah menggagas Festival Mata Air pada Mei nanti,” katanya.
Ia mengatakan festival tersebut digagas sebagai implementasi nyata dalam memaknai Hari Bumi 2025. Pihaknya menjadwalkan festival tersebut pada pekan kedua bulan Mei 2025 di Kabupaten Sumba Tengah, NTT.
“Saat ini, di tengah krisis air sedunia, maka sumber-sumber mata air di kawasan hutan harus kami lindungi dengan berbasis kearifan lokal masyarakat setempat,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa hampir di setiap mata air di kawasan hutan dalam wilayah NTT dilindungi oleh masyarakat adat melalui ritual atau kearifan lokal yang diturunkan secara turun-temurun.
Ritual tersebut, kata dia, merupakan bagian dari peradaban budaya bahwa manusia pada dasarnya dekat dengan alam.
“Karena itu, kami ingin menggaungkan bahwa untuk menjaga alam maka peradaban nenek moyang terdahulu dalam hal pelestarian alam harus senantiasa kita terapkan hingga saat ini,” katanya.
Di samping itu, ia juga menginformasikan bahwa pihaknya turut menginisiasi pembentukan Komunitas Peduli Mata Air (Kompair) di setiap wilayah kabupaten.