Kupang (ANTARA News NTT) - Staf Ahli Menteri Bidang Pendidikan Karakter Kementerian Pendiian dan Kebudayaan Arie Budiman mengatakan krisis identitas dinlai menjadi penyebab terjadinya kasus kekerasan terhadap guru akhir-akhir ini.

"Menurut saya krisis identitas menjadi alasan mengapa selama ini banyak kasus kekerasan yang terjadi kepada para guru, yang dilakukan oleh siswanya sendiri," katanya di Kupang, Senin (18/2)..

Hal ini di sampaikannya usai menjadi pembicara dalam diskusi serta Sosialisasi Buku Panduan dan Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter Kontekstual bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia (WVI).

Menurut dia proses tumbuh dan berkembang anak-anak usia sekolah mencari identitas diri kadang-kadang identitas diri yang dicari itu salah kaprah.

"Kadang identitas diri yang dicari itu jalannya salah. Misalnya menjadi seorang pemberani tetapi jalannya salah," ujarnya.

Ia mencontohkan kasus pemukulan serta penghinaan terhadap seorang guru SMA di Gresik, Jawa Timur baru-baru ini diduga karena krisis identitas.

Baca juga: NTT prioritaskan program pendidikan HIV/AIDS

Saat ini kata dia, banyak kejadian seperti itu, dan masih banyak dialmi oleh para guru di sekolah-sekolah.

Tetapi jika dihitung secara keseluruhan, jumlah kekerasan terhadap guru itu masih kecil jika dibandingkan dengan puluhan ribu sekolah di Indonesia yang mempunyai aturan yang kuat terhadap siswa-siswanya.

Untuk mencegah kejadian seperti itu, kata dia bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga orang tua mempunyai peran yang sama.

"Peran orang tua itu sangat penting. Pembinaan di rumah itu sangat penting, bahkan peran lingkungan, yakni peran alumni juga penting," tambahnya.

Disamping itu, untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan terhadap guru di lingkungan sekolah, seorang guru juga harus menunjukkan kewibawaannya agar tak dianggap remeh oleh siswanya.

Baca juga: Pemprov NTT janjikan beasiswa pendidikan untuk Joni
Baca juga: Dinas Pendidikan terapkan aplikasi School Talk

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2025