Kupang (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bendana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur Thomas Bangke mengatakan wilayah provinsi berbasis kepulauan ini sangat rentan terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi.
"Kondisi ini bisa kita lihat dari hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang mencatat hampir setiap jam terjadi gempa di NTT, meskipun berskala kecil dan sedang," kata Thomas Bangke kepada wartawan di Kupang, Jumat (26/4).
Dia mengemukakan hal itu, disela kegiatan simulasi penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di Pantai Lasiana Kupang. Kegiatan simulasi itu yang melibatkan TNI/Polri itu dalam rangka hari kesiapsiagaan bencana.
Thomas mengatakan gempa bumi yang terjadi setiap jam di sejumlah daerah di NTT seperti Sumba, Timor, Alor dan Flores ini, umumnya dibawa 4 skala Richter (SR) sehingga tidak dirasakan oleh masyarakat.
"Tetapi tetap merupakan ancaman karena NTT berada pada lempeng Indo-Australia, dimana berpotensi terjadi gempa dalam skala besar yang bisa berdampak pada korban jiwa," katanya.
Baca juga: Simulasi menghadapi bencana di NTT
Sementara berdasarkan hasil penelitian, masyarakat yang berada di provinsi berbasis kepulauan itu belum paham tentang cara menyelamatkan diri secara mandiri jika terjadi kondisi darurat.
Dalam hubungan dengan itu, kata dia, dipandang penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui simulasi-simulasi agar mereka bisa menyelamatkan diri secara mandiri jika terjadi bencana, sekaligus meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
Dia menambahkan, tren bencana di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data menunjukkan pada tahun 2018, jumlah bencana alam sebanyak 2.572 dan telah mengakibatkan korban manusia sebanyak 4.814 meninggal dan hilang, 21.064 orang luka-luka dan 10,2 juta orang mengungsi serta kerugian mencapai lebih dari 100 triliun rupiah, baik material maupun lainnya.
Baca juga: BPBD NTT gelar simulasi penanggulangan bencana di Pantai Lasiana
Baca juga: Perempuan NTT termasuk kelompok paling banyak jadi korban bencana
"Kondisi ini bisa kita lihat dari hasil monitoring Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang mencatat hampir setiap jam terjadi gempa di NTT, meskipun berskala kecil dan sedang," kata Thomas Bangke kepada wartawan di Kupang, Jumat (26/4).
Dia mengemukakan hal itu, disela kegiatan simulasi penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di Pantai Lasiana Kupang. Kegiatan simulasi itu yang melibatkan TNI/Polri itu dalam rangka hari kesiapsiagaan bencana.
Thomas mengatakan gempa bumi yang terjadi setiap jam di sejumlah daerah di NTT seperti Sumba, Timor, Alor dan Flores ini, umumnya dibawa 4 skala Richter (SR) sehingga tidak dirasakan oleh masyarakat.
"Tetapi tetap merupakan ancaman karena NTT berada pada lempeng Indo-Australia, dimana berpotensi terjadi gempa dalam skala besar yang bisa berdampak pada korban jiwa," katanya.
Baca juga: Simulasi menghadapi bencana di NTT
Sementara berdasarkan hasil penelitian, masyarakat yang berada di provinsi berbasis kepulauan itu belum paham tentang cara menyelamatkan diri secara mandiri jika terjadi kondisi darurat.
Dalam hubungan dengan itu, kata dia, dipandang penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat melalui simulasi-simulasi agar mereka bisa menyelamatkan diri secara mandiri jika terjadi bencana, sekaligus meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
Dia menambahkan, tren bencana di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data menunjukkan pada tahun 2018, jumlah bencana alam sebanyak 2.572 dan telah mengakibatkan korban manusia sebanyak 4.814 meninggal dan hilang, 21.064 orang luka-luka dan 10,2 juta orang mengungsi serta kerugian mencapai lebih dari 100 triliun rupiah, baik material maupun lainnya.
Baca juga: BPBD NTT gelar simulasi penanggulangan bencana di Pantai Lasiana
Baca juga: Perempuan NTT termasuk kelompok paling banyak jadi korban bencana