Kupang (ANTARA) - Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (Matalawa) Sumba Timur di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
"Kami secara rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran, karena kawasan TN Matalawa yang terdiri dari dua kawasan itu merupakan daerah yang rawan kebakaran," kata Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (Matalawa), Memen Suparman ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Senin (30/9).
Maman Suparman mengatakan, sosialisasi tentang bahaya Karhutla ini sudah dilakukan Balai TN Matalawa terhadap masyarakat yang bermukim di luar kawasan sejak Juni 2019 lalu.
Baca juga: Koq Karhutlah bisa terjadi di puncak Ile Mandiri?
Baca juga: Gunung Ile Mandiri terkena dampak Karhutla
Taman nasional Matalawa terdiri dua kawasan taman nasional yaitu Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dengan luas 41.772,18 ha dan taman nasional Manapeu Tanah Daru dengan luas 50, 122 haktare.
"Sosialisasi dilakukan terhadap masyarakat yang bermukim di luar kawasan, sehingga masyarakat dapat mengantisipasi apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan di daerah itu secara dini," tegas Memen Suparman.
Dia menambahkan, Balai TN Matalawa juga rutin membersihkan batas kawasan guna mengantisipasi kebakaran dari luar kawasan sehingga tidak merambat ke dalam kawasan TN Matalawa.
Ia mengatakan, petugas Balai TN Matalawa juga rutin melakukan patroli dengan menyisir dua kawasan taman nasional Matalawa di Pulau Sumba itu guna mendeteksi potensi terjadinya kebakaran.
"Dalam patroli yang dilakukan petugas juga diikuti dengan mensosialisasikan tentang upaya mengatasi kebakaran hutan kepada masyarakat," tegas Memen Suparman.
Baca juga: Wakil Bupati Flores Timur minta karhutlah agar ditindak tegas
Baca juga: Karhutlah di Flores Timur menyebar di tiga lokasi
"Kami secara rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran, karena kawasan TN Matalawa yang terdiri dari dua kawasan itu merupakan daerah yang rawan kebakaran," kata Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (Matalawa), Memen Suparman ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Senin (30/9).
Maman Suparman mengatakan, sosialisasi tentang bahaya Karhutla ini sudah dilakukan Balai TN Matalawa terhadap masyarakat yang bermukim di luar kawasan sejak Juni 2019 lalu.
Baca juga: Koq Karhutlah bisa terjadi di puncak Ile Mandiri?
Baca juga: Gunung Ile Mandiri terkena dampak Karhutla
Taman nasional Matalawa terdiri dua kawasan taman nasional yaitu Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dengan luas 41.772,18 ha dan taman nasional Manapeu Tanah Daru dengan luas 50, 122 haktare.
"Sosialisasi dilakukan terhadap masyarakat yang bermukim di luar kawasan, sehingga masyarakat dapat mengantisipasi apabila terjadi kebakaran hutan dan lahan di daerah itu secara dini," tegas Memen Suparman.
Dia menambahkan, Balai TN Matalawa juga rutin membersihkan batas kawasan guna mengantisipasi kebakaran dari luar kawasan sehingga tidak merambat ke dalam kawasan TN Matalawa.
Ia mengatakan, petugas Balai TN Matalawa juga rutin melakukan patroli dengan menyisir dua kawasan taman nasional Matalawa di Pulau Sumba itu guna mendeteksi potensi terjadinya kebakaran.
"Dalam patroli yang dilakukan petugas juga diikuti dengan mensosialisasikan tentang upaya mengatasi kebakaran hutan kepada masyarakat," tegas Memen Suparman.
Baca juga: Wakil Bupati Flores Timur minta karhutlah agar ditindak tegas
Baca juga: Karhutlah di Flores Timur menyebar di tiga lokasi