Kupang (ANTARA) - Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang saat memimpin misa memperingati Minggu Palm di Kupang, Minggu (5/4), berdoa khusus kepada korban corona virus, agar mereka mendapat kekuatan dan perlindungan abadi dari Allah Yang Maha Kuasa.
Uskup asal Tataaran, Manado, Sulawesi Utara itu juga menyadari bahwa tahun ini sangat dirasakan sunyi dan terpukul oleh umat Katolik di seluruh dunia, karena harus merayakan ibadah dari rumah masing-masing dalam masa pekan suci ini.
Dalam masa pekan suci, umat Katolik wajib hadir bersama di gereja untuk merayakan pekan suci secara bersama-sama, namun tahun ini semua orang harus merayakan secara sendiri-sendiri dari rumah, seperti yang terjadi saat ini.
"Lewat teknologi live streaming ini, kita bisa disatukan meski dalam jarak yang sangat jauh dalam memuji dan memuliakan nama Tuhan kita Yesus Kristus," katanya dari Gereja Katedral Kristus Raja Kupang saat memimpin misa Minggu Palm yang disiarkan secara langsung itu.
Mgr Petrus Turang mengakui bahwa semua orang saat ini berada dalam kegentingan hidup akibat corona virus (COVID-19). "Namun, kita selalu percaya bahwa Tuhan tidak akan tinggalkan kita sendirian di tengah kesusahan hidup itu," katanya.
Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang sedang memimpin misa Minggu Palm di Kupang, Minggu (5/4) melalui live streaming. (ANTARA FOTO/Laurensius Molan) (ANTARA Foto)
Minggu palma merupakan minggu yang diperingati sebagai pembukaan sebelum memasuki pekan suci Perayaan Paskah.
Hal ini menjadi istimewa karena masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem itu terjadi sebelum ia mati dan bangkit dari kematian.
Itulah sebabnya Minggu Palma disebut sebagai pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem.
Disebutkan, ketika Yesus memasuki kota, warga kota menyambutnya dengan melambai-lambaikan daun palma.
Daun palma merupakan simbol kemenangan, dan ketika dilambaikan berarti sebagai pujian serta kemuliaan. Daun palma juga digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian.
Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palma sambil bernyanyi. Namun, dalam perayaan kali ini tak lagi terdengar gema suara Hosana...Hosana dari umat. Semua berlangsung dalam diam dan penuh pertobatan.
Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Namun, karena corona virus, tradisi gereja Katolik seperti itu tidak jadi dilaksanakan.
Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian
Pada Minggu Palma, gereja tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus.
Oleh karena itu, Minggu Palma juga disebut sebagai Minggu Sengsara. Setelah umat melakukan prosesi daun palma (melambai-lambaikan daun palma), umat akan mendengarkan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil.
Uskup Agung Kupang Mgr Petrus Turang sedang memimpin misa Minggu Palm di Kupang, Minggu (5/4) melalui live streaming. (ANTARA FOTO/Laurensius Molan) (ANTARA Foto)
Uskup asal Tataaran, Manado, Sulawesi Utara itu juga menyadari bahwa tahun ini sangat dirasakan sunyi dan terpukul oleh umat Katolik di seluruh dunia, karena harus merayakan ibadah dari rumah masing-masing dalam masa pekan suci ini.
Dalam masa pekan suci, umat Katolik wajib hadir bersama di gereja untuk merayakan pekan suci secara bersama-sama, namun tahun ini semua orang harus merayakan secara sendiri-sendiri dari rumah, seperti yang terjadi saat ini.
"Lewat teknologi live streaming ini, kita bisa disatukan meski dalam jarak yang sangat jauh dalam memuji dan memuliakan nama Tuhan kita Yesus Kristus," katanya dari Gereja Katedral Kristus Raja Kupang saat memimpin misa Minggu Palm yang disiarkan secara langsung itu.
Mgr Petrus Turang mengakui bahwa semua orang saat ini berada dalam kegentingan hidup akibat corona virus (COVID-19). "Namun, kita selalu percaya bahwa Tuhan tidak akan tinggalkan kita sendirian di tengah kesusahan hidup itu," katanya.
Hal ini menjadi istimewa karena masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem itu terjadi sebelum ia mati dan bangkit dari kematian.
Itulah sebabnya Minggu Palma disebut sebagai pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem.
Disebutkan, ketika Yesus memasuki kota, warga kota menyambutnya dengan melambai-lambaikan daun palma.
Daun palma merupakan simbol kemenangan, dan ketika dilambaikan berarti sebagai pujian serta kemuliaan. Daun palma juga digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian.
Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palma sambil bernyanyi. Namun, dalam perayaan kali ini tak lagi terdengar gema suara Hosana...Hosana dari umat. Semua berlangsung dalam diam dan penuh pertobatan.
Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Namun, karena corona virus, tradisi gereja Katolik seperti itu tidak jadi dilaksanakan.
Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian
Pada Minggu Palma, gereja tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus.
Oleh karena itu, Minggu Palma juga disebut sebagai Minggu Sengsara. Setelah umat melakukan prosesi daun palma (melambai-lambaikan daun palma), umat akan mendengarkan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil.