Kupang (Antara NTT) - Ekonom Dr James Adam mengapresiasi Kementerian Pariwisata yang fokus mengembangkan sekitar 20.000 homestay desa wisata pada 2017 karena sejalan dengan karakter dan potensi desa di Indonesia.

"Program tersebut merupakan langkah stategis lain dari Kemenpar untuk merealisasikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II atau periode April-Juni 2017 yang diperkirakan akan tumbuh 5,1 persen (year on year/yoy)," katanya di Kupang, Jumat.

Anggota IFAD (International Fund for Agricultural Development) mengatakan hal itu menanggapi Rakornas Pariwisata II-2017 tema yang diangkat yakni Indonesia Incorporated: 20.000 Homestay Desa Wisata pada 2017 untuk memperkuat sinergitas semua elemen dalam mewujudkan target nasional pariwisata di Birawa Assembly Hall, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis.

Dalam Rakornas tersebut dibahas antara lain legalitas lahan, pengembangan homestay desa wisata, skema pendanaan homestay desa wisata, dan skema pengelolaan homestay desa wisata sebagai strategi pengembangan pariwisata yang merupakan bagian dari Nawacita.

Menurut James Adam, saat ini di NTT ada sekitar ratusan desa wisata dan ditargetkan hingga 2018. "Jumlahnya sekitar 273 desa wisata di daerah yang kaya dengan potensi pariwissata bahari, air terjun, wisata alam, wisata budaya dan wisata religius," katanya.

Bahkan dalam RPJMD NTT pada periode kedua kepemimpinan Gubernur Frans Lebu Raya (2013-2018) ditargetkan hingga akhir 2018 akan ada 273 Desa Wisata di NTT.

"Target ini telah dicanangkan oleh Gubernur Frans Lebu Raya, setelah melihat potensi yang ada sejak awal (2008) memimpin daerah ini dengan 73 desa wisata dan terus bertambah dari tahun ke tahun selama ini," katanya.

Penambahan jumlah desa wisata tersebut, merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya yang ada di pedesaan.

"Pemerintah berkeyakinan bahwa desa wisata akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat," kata James Adam.

Desa-desa wisata saat ini antar lain desa wisata Wae Sano, Cunca Lolos, dan Liang Dara di Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai, kemudian desa wisata Labuan Bajo, Komodo, Pasir Panjang, Desa Batu Cermin di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

Selanjutnya Desa Satarlenda, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai dan Desa Nangalabang, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur.

Di Flores terdapat desa wisata perkampungan tradisional Bena di Kabupaten Ngada dan perkampungan tradisional Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Potensi ini perlu dioptimalkan untuk menambah pendapatan daerah dan dengan demikian mendorong pertumbuhan yang telah ditargetkan.

Secara nasional memang ada proyeksi untuk triwulan II 5,1 persen, dan triwulan III serta triwulan IV bisa di atas 5,2 persen.

Untuk mencapai pembangunan, Kemenpar sebagai fasilitator, membagi pengelolaan desa wisata menjadi empat mekanisme, yakni konversi, renovasi, revitalisasi dan bangun baru homestay, dengan target 20.000 homestay pada 2017.

Pelaksanaannya pun melibatkan peran pihak-pihak terkait, termasuk di dalamnya beberapa kementerian dan lembaga.

Di dalamnya, terlibat pelaksanaan konversi, renovasi, dan bangun baru yang merupakan skema pembangunan homestay. Pembangunan tersebut melibatkan peran kementerian dan pihak serta instansi terkait.

Selain itu, pendanaan homestay desa wisata melibatkan peran Kementerian Desa PDTT, Kementerian PUPR, pihak investor, dan BUMN.

Pewarta : Hironimus Bifel
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2025