Kupang (ANTARA) - Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora, memastikan bahwa produksi rumput laut yang dikerjakan masyarakat di wilayah kabupaten bagian paling timur Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur itu tetap dipasarkan di tengah pandemi COVID-19.
"Memang di beberapa daerah mengalami persoalan terkait pemasaran komoditas rumput laut mereka, namun untuk di Sumba Timur kami pastikan tetap berjalan karena pabrik rumput laut yang dikelola BUMD terus beroperasi," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Jumat (26/6)
Ia mengatakan, saat ini pemerintahannya justru terus mendorong warga terutama di pesisir agar terus melakukan budidaya rumput laut untuk menghasilkan pendapatan dan bertahan di tengah situasi pandemi ini.
Baca juga: PLN menunggu hasil uji laboratorium terkait rumput laut petani Kupang
Baca juga: Harga rumput laut di Kupang anjlok hingga Rp20 ribu perkilogram
Menurut dia, harga komoditas rumput laut saat ini memang menurun, tetapi dibanding biaya produksi maka masyarakat pembudidaya masih bisa mendapat keuntungan.
"Untuk usaha rumput laut modalnya hanya benih, tali, dan kayu, jadi masyarakat masih untung meskipun harga lumayan menurun," katanya.
Bupati Gidion Mbilijora mengatakan, kondisi pandemi COVID-19 ini membuat permintaan pasar terhadap komoditas rumput laut menurun seperti ekspor ke China maupun pasar domestik.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintahannya juga terus berupaya mencari pasar lain di tingkat domestik selain Surabaya, Jawa Timur yang menjadi pasar utama selama ini.
"Tetapi kalau memang permintaan pasar dari luar masih lemah karena kondisi pandemi ini kami juga tetap menampung berapa pun produksi rumput laut dari masyarakat untuk stok," katanya.
Ia mengatakan, selain dipasarkan melalui pabrik milik pemerintah daerah, ada juga pedagang yang langsung memasarkan antarpulau dan pemerintah juga tidak membatasi.
"Hanya saja tetap ada kewajiban masyarakat untuk pasok ke pabrik karena ini milik Pemda yang tentu manfaatnya juga untuk masyarakat," kata Gidion Mbilijora.
"Memang di beberapa daerah mengalami persoalan terkait pemasaran komoditas rumput laut mereka, namun untuk di Sumba Timur kami pastikan tetap berjalan karena pabrik rumput laut yang dikelola BUMD terus beroperasi," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Jumat (26/6)
Ia mengatakan, saat ini pemerintahannya justru terus mendorong warga terutama di pesisir agar terus melakukan budidaya rumput laut untuk menghasilkan pendapatan dan bertahan di tengah situasi pandemi ini.
Baca juga: PLN menunggu hasil uji laboratorium terkait rumput laut petani Kupang
Baca juga: Harga rumput laut di Kupang anjlok hingga Rp20 ribu perkilogram
Menurut dia, harga komoditas rumput laut saat ini memang menurun, tetapi dibanding biaya produksi maka masyarakat pembudidaya masih bisa mendapat keuntungan.
"Untuk usaha rumput laut modalnya hanya benih, tali, dan kayu, jadi masyarakat masih untung meskipun harga lumayan menurun," katanya.
Bupati Gidion Mbilijora mengatakan, kondisi pandemi COVID-19 ini membuat permintaan pasar terhadap komoditas rumput laut menurun seperti ekspor ke China maupun pasar domestik.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintahannya juga terus berupaya mencari pasar lain di tingkat domestik selain Surabaya, Jawa Timur yang menjadi pasar utama selama ini.
"Tetapi kalau memang permintaan pasar dari luar masih lemah karena kondisi pandemi ini kami juga tetap menampung berapa pun produksi rumput laut dari masyarakat untuk stok," katanya.
Ia mengatakan, selain dipasarkan melalui pabrik milik pemerintah daerah, ada juga pedagang yang langsung memasarkan antarpulau dan pemerintah juga tidak membatasi.
"Hanya saja tetap ada kewajiban masyarakat untuk pasok ke pabrik karena ini milik Pemda yang tentu manfaatnya juga untuk masyarakat," kata Gidion Mbilijora.