Kupang (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumba Barat Yanis Lubalu mengatakan untuk membangun kembali kampung adat Deke yang terbakar dibutuhkan waktu hingga tiga tahun.
"Tidak mudah membangun kembali kampung adat yang terbakar ini, butuh waktu bisa sampai tiga tahun karena banyak proses adat budaya yang harus dilakukan warga," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Kamis (13/8).
Ia mengatakan hal itu terkait upaya membangun kembali kampung adat Deke di Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (10/8) yang menghanguskan 20-an rumah.
Baca juga: Puluhan rumah di kampung adat Deke Sumba Barat terbakar
Yanis mengatakan, saat ini warga terdampak kebakaran sudah mulai mengumpulkan bahan baku atau material kayu, daun, dan lainnya untuk pembangunan rumah adat tersebut.
Meskipun demikian, pembangunan tidak bisa langsung dilakukan begitu saja, melainkan didahului dengan berbagai tahap ritual adat dan budaya warga setempat, katanya.
"Biasanya warga melakukan berbagai ritual atau doa kepada leluhur dan menunggu petunjuk hingga ditemukan waktu yang pas untuk membangun kembali rumah adat itu," katanya.
"Dan tahapan-tahapan ritual maupun menunggu petunjuk ini bisa memakan waktu lebih dari dua hingga tiga tahun," katanya.
Peristiwa kebakaran kampung adat Deke, di Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang terhadi pada Senin (10/8/2020) petang sekitar Pukul 17.30 WITA. (istimewa)
Ia mengatakan, untuk itu pihaknya juga tidak menyalurkan bantuan berupa material karena pembangunan rumah adat berbeda dengan rumah warga pada umumnya.
Yanis menambahkan, bantuan yang telah disalurkan berupa beras, mi, susu, pakaian dan juga peralatan memasak.
Selain pemerintah daerah, lanjut dia, sejumlah pihak lain juga turut menyalurkan bantuan, seperti donatur dari Kabupaten Sumba Timur, organisasi non-pemerintah "Save The Childern", serta Bank NTT.
"Bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka agar mereka juga bisa kembali beraktivitas sambil mempersiapkan pembangunan kembali kampung mereka," katanya.
Baca juga: BPBD Sumba Barat salurkan bantuan untuk korban kebakaran kampung adat
"Tidak mudah membangun kembali kampung adat yang terbakar ini, butuh waktu bisa sampai tiga tahun karena banyak proses adat budaya yang harus dilakukan warga," katanya ketika dihubungi dari Kupang, Kamis (13/8).
Ia mengatakan hal itu terkait upaya membangun kembali kampung adat Deke di Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, pada Senin (10/8) yang menghanguskan 20-an rumah.
Baca juga: Puluhan rumah di kampung adat Deke Sumba Barat terbakar
Yanis mengatakan, saat ini warga terdampak kebakaran sudah mulai mengumpulkan bahan baku atau material kayu, daun, dan lainnya untuk pembangunan rumah adat tersebut.
Meskipun demikian, pembangunan tidak bisa langsung dilakukan begitu saja, melainkan didahului dengan berbagai tahap ritual adat dan budaya warga setempat, katanya.
"Biasanya warga melakukan berbagai ritual atau doa kepada leluhur dan menunggu petunjuk hingga ditemukan waktu yang pas untuk membangun kembali rumah adat itu," katanya.
"Dan tahapan-tahapan ritual maupun menunggu petunjuk ini bisa memakan waktu lebih dari dua hingga tiga tahun," katanya.
Ia mengatakan, untuk itu pihaknya juga tidak menyalurkan bantuan berupa material karena pembangunan rumah adat berbeda dengan rumah warga pada umumnya.
Yanis menambahkan, bantuan yang telah disalurkan berupa beras, mi, susu, pakaian dan juga peralatan memasak.
Selain pemerintah daerah, lanjut dia, sejumlah pihak lain juga turut menyalurkan bantuan, seperti donatur dari Kabupaten Sumba Timur, organisasi non-pemerintah "Save The Childern", serta Bank NTT.
"Bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka agar mereka juga bisa kembali beraktivitas sambil mempersiapkan pembangunan kembali kampung mereka," katanya.
Baca juga: BPBD Sumba Barat salurkan bantuan untuk korban kebakaran kampung adat