Kupang (ANTARA) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Nusa Tenggara Timur Julie Sutrisno Laiskodat terus membeli produk tenun ikat yang dihasilkan warga di provinsi itu pada masa pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
"Kami terus membeli tenun ikat yang diproduksi warga dan selama pandemi ini upaya itu terus kami lakukan untuk membantu ekonomi mama-mama penenun kita," katanya kepada wartawan di Kupang, Senin, (23/8).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya Dekranasda NTT dalam membantu ekonomi warga penenun tenun ikat pada masa pandemi COVID-19.
Julie Sutrisno mengatakan terus membeli produk tenun ikat sekaligus sebagai bentuk motivasi agar para penenun tetap optimis bahwa mereka bisa memperoleh pendapatan dari hasil menenun.
"Karena kita tahu sendiri bahwa sekarang anak-anak muda yang mau menenun itu semakin berkurang karena mereka merasa tidak menjanjikan secara ekonomi," katanya.
Julie Sutrisno mencontohkan pembelian tenun ikat yang disiapkan warga Kabupaten Flores Timur untuk pengunjung yang mengikuti keagamaan Semana Santa di Larantuka pada 2020 lalu, tetapi kegiatan tersebut dibatalkan akibat pandemi COVID-19.
Kondisi itu membuat para penenun merasa sangat sedih dan pesimistis karena hasil karya mereka tidak bisa dipasarkan, namun Dekranasda hadir untuk membeli produk tenun ikat tersebut guna membantu perekonomian penenun.
"Jadi kami selama pandemi ini, kami beli terus tenun ikat yang diproduksi warga dengan anggaran kami yang tersedia," katanya.
Lebih lanjut Julie Sutrisno mengatakan tenun ikat juga bukan merupakan produk yang cepat rusak sehingga ketika dibeli dapat disimpan sebagai persediaan yang sewaktu-waktu dapat dipasarkan.
Baca juga: Dekranasda NTT gandeng SMK latih warga produksi alat tenun
Baca juga: Proses pembuatan kain tradisional perlu dilestarikan
Bahkan, sejauh ini penjualan produk tenun ikat juga berjalan baik di saat pandemi karena inovasi produk terus dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar.
"Contohnya kita diawal tahun ini kita buat masker dari kain tenun dan lainnya. Jadi kita lakukan inovasi produk agar bisa dipasarkan," katanya.
"Kami terus membeli tenun ikat yang diproduksi warga dan selama pandemi ini upaya itu terus kami lakukan untuk membantu ekonomi mama-mama penenun kita," katanya kepada wartawan di Kupang, Senin, (23/8).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya Dekranasda NTT dalam membantu ekonomi warga penenun tenun ikat pada masa pandemi COVID-19.
Julie Sutrisno mengatakan terus membeli produk tenun ikat sekaligus sebagai bentuk motivasi agar para penenun tetap optimis bahwa mereka bisa memperoleh pendapatan dari hasil menenun.
"Karena kita tahu sendiri bahwa sekarang anak-anak muda yang mau menenun itu semakin berkurang karena mereka merasa tidak menjanjikan secara ekonomi," katanya.
Julie Sutrisno mencontohkan pembelian tenun ikat yang disiapkan warga Kabupaten Flores Timur untuk pengunjung yang mengikuti keagamaan Semana Santa di Larantuka pada 2020 lalu, tetapi kegiatan tersebut dibatalkan akibat pandemi COVID-19.
Kondisi itu membuat para penenun merasa sangat sedih dan pesimistis karena hasil karya mereka tidak bisa dipasarkan, namun Dekranasda hadir untuk membeli produk tenun ikat tersebut guna membantu perekonomian penenun.
"Jadi kami selama pandemi ini, kami beli terus tenun ikat yang diproduksi warga dengan anggaran kami yang tersedia," katanya.
Lebih lanjut Julie Sutrisno mengatakan tenun ikat juga bukan merupakan produk yang cepat rusak sehingga ketika dibeli dapat disimpan sebagai persediaan yang sewaktu-waktu dapat dipasarkan.
Baca juga: Dekranasda NTT gandeng SMK latih warga produksi alat tenun
Baca juga: Proses pembuatan kain tradisional perlu dilestarikan
Bahkan, sejauh ini penjualan produk tenun ikat juga berjalan baik di saat pandemi karena inovasi produk terus dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar.
"Contohnya kita diawal tahun ini kita buat masker dari kain tenun dan lainnya. Jadi kita lakukan inovasi produk agar bisa dipasarkan," katanya.