Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, NTT menargetkan akan menurunkan prevalensi stunting hingga 13,50 persen pada tahun 2022 nanti.
"Pada tahun 2023 ditargetkan 11,50 persen dan pada tahun 2024 ditargetkan 9,50 persen," kata Wakil Bupati (Wabup) Manggarai Timur Jaghur Stefanus dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Kamis, (15/9).
Dia mengatakan hal tersebut saat menghadiri kegiatan rembuk stunting tingkat Kabupaten Manggarai Timur yang berlangsung di aula Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Hanura, Rabu.
Penetapan target tersebut, kata dia, selaras dengan target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024 mendatang.
Menurut dia, persebaran balita stunting di Manggarai Timur terdapat di semua desa dan kelurahan dengan jumlah yang berbeda-beda. Penanganan lebih difokuskan pada 78 desa sambil tetap menangani desa-desa lainnya pada tahun 2022 nanti.
Oleh karena itu, rembuk stunting yang dilakukan merupakan komitmen untuk menetapkan rencana kerja bersama lintas sektor dalam percepatan penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Manggarai Timur.
Tujuannya ialah memastikan terjadinya integrasi pelaksanaan intervensi penurunan stunting bersama lintas sektor, baik bersama perangkat daerah, pemerintah kecamatan, kelurahan, desa, maupun unsur non-pemerintah.
Adapun rancangan rencana kerja bersama yang telah disusun melalui tahapan kegiatan diantaranya memadukan hasil perencanaan partisipatif dari masyarakat yang dikemukakan pada saat musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) tingkat desa dan kecamatan pada tahun 2021 dengan rencana kerja pemerintah tahun 2022.
Tahapan selanjutnya adalah mengevaluasi dan menganalisis situasi atas capaian kinerja penanganan stunting tahun-tahun sebelumnya.
Evaluasi tersebut, lanjut Wabup Jaghur, untuk keefektifan dan keefisienan manajemen pelayanan, program kegiatan, integrasi program dan kegiatan lintas sektor serta rasionalitas anggaran, penetapan dan capaian target.
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil evaluasi secara umum tren prevalensi stunting di Kabupaten Manggarai Timur dari tahun ke tahun terus menurun. Pada Agustus 2019 lalu, prevalensi stunting sebesar 18,70 persen. Angka tersebut menurun pada Februari 2020 menjadi 16,5 persen dan pada Februari 2021 menurun lagi menjadi 14,10 persen.
"Kita mesti mempunyai kontribusi untuk menurunkan prevalensi stunting tingkat nasional. Intervensi terpadu terhadap masalah stunting ini mesti terus kita lakukan secara bersama-sama," tegas dia.
Baca juga: Manggarai Timur peringkat dua dari 21 kabupaten tangani stunting
Baca juga: Manggarai Timur kembangkan lima desa wisata berbasis masyarakat
"Pada tahun 2023 ditargetkan 11,50 persen dan pada tahun 2024 ditargetkan 9,50 persen," kata Wakil Bupati (Wabup) Manggarai Timur Jaghur Stefanus dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Kamis, (15/9).
Dia mengatakan hal tersebut saat menghadiri kegiatan rembuk stunting tingkat Kabupaten Manggarai Timur yang berlangsung di aula Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Hanura, Rabu.
Penetapan target tersebut, kata dia, selaras dengan target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024 mendatang.
Menurut dia, persebaran balita stunting di Manggarai Timur terdapat di semua desa dan kelurahan dengan jumlah yang berbeda-beda. Penanganan lebih difokuskan pada 78 desa sambil tetap menangani desa-desa lainnya pada tahun 2022 nanti.
Oleh karena itu, rembuk stunting yang dilakukan merupakan komitmen untuk menetapkan rencana kerja bersama lintas sektor dalam percepatan penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Manggarai Timur.
Tujuannya ialah memastikan terjadinya integrasi pelaksanaan intervensi penurunan stunting bersama lintas sektor, baik bersama perangkat daerah, pemerintah kecamatan, kelurahan, desa, maupun unsur non-pemerintah.
Adapun rancangan rencana kerja bersama yang telah disusun melalui tahapan kegiatan diantaranya memadukan hasil perencanaan partisipatif dari masyarakat yang dikemukakan pada saat musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) tingkat desa dan kecamatan pada tahun 2021 dengan rencana kerja pemerintah tahun 2022.
Tahapan selanjutnya adalah mengevaluasi dan menganalisis situasi atas capaian kinerja penanganan stunting tahun-tahun sebelumnya.
Evaluasi tersebut, lanjut Wabup Jaghur, untuk keefektifan dan keefisienan manajemen pelayanan, program kegiatan, integrasi program dan kegiatan lintas sektor serta rasionalitas anggaran, penetapan dan capaian target.
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil evaluasi secara umum tren prevalensi stunting di Kabupaten Manggarai Timur dari tahun ke tahun terus menurun. Pada Agustus 2019 lalu, prevalensi stunting sebesar 18,70 persen. Angka tersebut menurun pada Februari 2020 menjadi 16,5 persen dan pada Februari 2021 menurun lagi menjadi 14,10 persen.
"Kita mesti mempunyai kontribusi untuk menurunkan prevalensi stunting tingkat nasional. Intervensi terpadu terhadap masalah stunting ini mesti terus kita lakukan secara bersama-sama," tegas dia.
Baca juga: Manggarai Timur peringkat dua dari 21 kabupaten tangani stunting
Baca juga: Manggarai Timur kembangkan lima desa wisata berbasis masyarakat