Kupang (AntaraNews NTT) - Analis Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur Petrus Endria Effendy mengemukakan, faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi setempat yaitu konsumsi rumah tangga.

Kondisi itu disebabkan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman serta transportasi seiring masa liburan keagamaan hari raya natal dan tahun baru, katanya di Kupang, Senin (26/3), terkait hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi NTT yang dikeluarkan pada Februari 2018.

Ia menjelaskan, pada triwulan IV 2017 angka konsumsi tumbuh sebesar 4,10 persen secara year on year (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,46 persen, maupun periode yang sama di 2016 sebesar 1,94 persen.

Peningkatan pertumbuhan konsumsi terutama disumbangkan dari konsumsi rumah tangga sebesar 68 persen terhadap total konsumsi yang tumbuh sebesar 3,88 persen secara yoy.

Menurutnya, kondisi ini meningkat dibandingkan tirwulan III 2017 tercatat sebesar 2,71 persen, meskipun terkoreksi masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama di 2016 sebesar 5,02 persen.

Selain konsumsi makanan dan minuman serta transportasi dan komunikasi, jenis konsumsi lain seperti pakaian dan alas kaki, kesehatan dan pendidikan serta restoran dan hotel juga turut terdorong dalam momen hari raya keagamaan tersebut.

Baca juga: BI prediksi pertumbuhan ekonomi NTT 2018 meningkat
Baca juga: Perekonomian NTT diperkirakan tumbuh 5,60 persen Analis Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur Petrus Endria Effendy
Di sisi lain, konsumsi perumahan dan perlengkapan rumah tangga dan lainnya tercatat menurun disebabkan prioritas konsumsi masyarakat pada akhir tahun 2017 yang lebih cenderung memilih mengkonsumsi barang jangka pendek, katanya.

Menurut komponen pembentuknya, konsumsi rumah tangga di provinsi ini sebagian besar berupa makanan dan minuman serta transportasi dan komunikasi yang tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 5,09 persen (yoy) dan 6,52 persen (yoy).

Namun, jika dibandingkan periode yang sama pada 2016 maka pertumbuhan konsumsi makanan dan minuman sedikit melambat. "Pada triwulan IV 2016, konsumsi makanan dan minuman tumbuh sebesar 5,70 persen," katanya.

Menurut Effendhi, kondisi ini ditengarai sebagai dampak mulai terjadinya pergeseran konsumsi masyarakat di proivinsi provinsi ini yang mulai gemar mengkonsumsi makanan melalui restoran ataupun berlibur dan menginap di hotel-hotel.

Hal ini juga ditunjukkan dengan konsumsi restoran dan hotel yang tumbuh cukup signifikan pada triwulan IV 2017 sebesar 9,67 persen (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan periode yang sama di 2016, masing-masing 6,06 persen dan 8,88 persen.

Lebi lanjut, ia menjelaskan, hasil survey penjualan eceran (SPE) Bank Indonesia pada triwulan IV 2017 juga mencerminkan arah yang sejalan dengan akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

SPE pada triwulan IV 2017 tumbuh sebesar 3,50 persen yang didorong peningkatan penjualan makanan, minuman, tembakau sebesar 1,03 persen (yoy) terutama bahan makanan mencapai 22,50 persen (yoy), katanya.

Baca juga: Inflasi triwulan I NTT diperkirakan meningkat Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo (tengah) sedang bercengkrama dengan Gubernur NTT Frans Lebu Raya (kedua kiri) usai peresmian Kantor Perwakilan Bank Indonesia wilayah NTT di Kupang. (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024