Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur Ganef Wurgiyanto mengemukakan pemerintah daerah membutuhkan investasi di sektor penyediaan kapal penampung ikan untuk mengangkut hasil-hasil perikanan dan kelautan daerah ini untuk tujuan ekspor.
"Investasi penyediaan kapal penampung ikan yang kita butuhkan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan dingin (cold storage) terapung untuk mengangkut ikan sehingga bisa diekspor secara langsung," kata Ganef Wurgiyanto saat dihubungi Antara di Kupang, Sabtu (31/3).
Ia menjelaskan, layanan kapal penampung ikan pernah beroperasi di perairan NTT sekitar tahun 1994-1995 untuk mengangkut hasil-hasil perikanan yang saat itu diekspor ke Jepang.
Namun, katanya, layanan tersebut tidak berlangsung lama dan tidak beroperasi lagi hingga saat ini sehingga daerah ini belum memiliki cold storage terapung.
Menurut Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu, investasi penyediaan kapal penampung yang dimaksud umumnya merupakan bagian peran pihak swasta sehingga ia berharap ada investor yang tertarik memanfaatkan peluang bisnis ekspor yang ada.
"Karena ini tentu memudahkan para nelayan kita di daerah ini untuk menggenjot hasil tangkapan mereka lebih optimal sehingga bisa berkontribusi besar terhadap nilai eskpor perikanan secara nasional," katanya.
Dari aspek potensi, kata Ganef, provinsi dengan luas wilayah laut mencapai 200.000 kilometer persegi itu sangat kaya akan hasil perikanan dengan salah satu komoditi yang diandalkan untuk ekspor yaitu ikan cakalang, selain itu ada pula ikan tuna, ikan anggoli.
Menurutnya, kalau ada kapal penampung maka para nelayan yang melaut di wilayah perairan provinsi dengan luas laut mencapai 200.000 kilometer persegi itu tidak harus kembali ke darat untuk memasokan ikan-ikan ekspor sehingga bisa menghemat biaya operasional.
Baca juga: Australia Musnahkan Kapal Ikan Hidup Bahagia
Baca juga: Pemerintah Bakar Dua Kapal Nelayan Pembom Ikan
Sebuah kapal cakalang sedang beroperasi di laut Timor
Kapal penampung ikan, lanjutnya, dapat difungsikan secara mobile (bergerak) pada titik tertentu di wilayah perairan yang memungkinkan mudah dijangkau kapal-kapal nelayan dari berbagai daerah seperti Pulau Timor, Sumba, Flores, dan lainnya.
"Sehingga kalau investasi kapal penampung ini hadir di daerah kita maka sangat efektif dan NTT bisa berkontribusi besar dalam menggenjot nilai ekspor secara perikanan secara nasional," katanya.
Lebih lanjut, Ganef mengemukakan ekspor hasil perikanan dari provinsi setempat belum maksimal karena NTT belum melakukan ekspor langsung namun melalui Surabaya, Jawa Timur.
Ia menjelaskan, kondisi itu diakibatkan pasokan hasil perikanan untuk tujuan ekspor masih diangkut dengan kontainer berkapasitas 20 fit melalui pelabuhan peti kemas di Tenau, Kota Kupang.
Sementara ketentuannya ikan-ikan yang hendak diekspor ke berbagai negara tujuan dimuat dalam kontainer berkapasitas 40 fit.
"Persoalan di lapangan karena kendala akes jalan menanjak di terminal pendaratan ikan Tenau yang sulit sehingga ikan-ikan hanya bisa diangkut kontainer 20 fit, sampai di Surabaya dibongkar lagi untuk dimuat kontainer 40 fit," katanya.
Baca juga: Kapal Asing Tangkap Ikan Di Pulau Sumba
kapal nelayan
"Investasi penyediaan kapal penampung ikan yang kita butuhkan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan dingin (cold storage) terapung untuk mengangkut ikan sehingga bisa diekspor secara langsung," kata Ganef Wurgiyanto saat dihubungi Antara di Kupang, Sabtu (31/3).
Ia menjelaskan, layanan kapal penampung ikan pernah beroperasi di perairan NTT sekitar tahun 1994-1995 untuk mengangkut hasil-hasil perikanan yang saat itu diekspor ke Jepang.
Namun, katanya, layanan tersebut tidak berlangsung lama dan tidak beroperasi lagi hingga saat ini sehingga daerah ini belum memiliki cold storage terapung.
Menurut Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu, investasi penyediaan kapal penampung yang dimaksud umumnya merupakan bagian peran pihak swasta sehingga ia berharap ada investor yang tertarik memanfaatkan peluang bisnis ekspor yang ada.
"Karena ini tentu memudahkan para nelayan kita di daerah ini untuk menggenjot hasil tangkapan mereka lebih optimal sehingga bisa berkontribusi besar terhadap nilai eskpor perikanan secara nasional," katanya.
Dari aspek potensi, kata Ganef, provinsi dengan luas wilayah laut mencapai 200.000 kilometer persegi itu sangat kaya akan hasil perikanan dengan salah satu komoditi yang diandalkan untuk ekspor yaitu ikan cakalang, selain itu ada pula ikan tuna, ikan anggoli.
Menurutnya, kalau ada kapal penampung maka para nelayan yang melaut di wilayah perairan provinsi dengan luas laut mencapai 200.000 kilometer persegi itu tidak harus kembali ke darat untuk memasokan ikan-ikan ekspor sehingga bisa menghemat biaya operasional.
Baca juga: Australia Musnahkan Kapal Ikan Hidup Bahagia
Baca juga: Pemerintah Bakar Dua Kapal Nelayan Pembom Ikan
"Sehingga kalau investasi kapal penampung ini hadir di daerah kita maka sangat efektif dan NTT bisa berkontribusi besar dalam menggenjot nilai ekspor secara perikanan secara nasional," katanya.
Lebih lanjut, Ganef mengemukakan ekspor hasil perikanan dari provinsi setempat belum maksimal karena NTT belum melakukan ekspor langsung namun melalui Surabaya, Jawa Timur.
Ia menjelaskan, kondisi itu diakibatkan pasokan hasil perikanan untuk tujuan ekspor masih diangkut dengan kontainer berkapasitas 20 fit melalui pelabuhan peti kemas di Tenau, Kota Kupang.
Sementara ketentuannya ikan-ikan yang hendak diekspor ke berbagai negara tujuan dimuat dalam kontainer berkapasitas 40 fit.
"Persoalan di lapangan karena kendala akes jalan menanjak di terminal pendaratan ikan Tenau yang sulit sehingga ikan-ikan hanya bisa diangkut kontainer 20 fit, sampai di Surabaya dibongkar lagi untuk dimuat kontainer 40 fit," katanya.
Baca juga: Kapal Asing Tangkap Ikan Di Pulau Sumba