DKP survei potensi rumput laut di lima klaster

id Ganef

DKP survei potensi rumput laut di lima klaster

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Ganef Wurgiyanto. (ANTARA Foto/Bernadus Tokan)

"Kami akan segera melakukan survei potensi rumput laut pada lima klaster budidaya rumput laut yang telah ditentukan," kata Ganef Wurgiyanto.
Kupang (ANTARA News NTT) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur Ganef Wurgiyanto mengatakan pihaknya segera melakukan survei potensi rumput laut pada lima klaster budidaya rumput laut yang telah ditentukan.

"Survei ini untuk memastikan potensi rumput laut mana yang cocok untuk dikembangkan di lima klaster yang sudah dibagi itu," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat (7/12).

Mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu menjelaskan lima klaster tersebut antara lain klaster Kupang meliputi wilayah Pulau Timor dan Rote, klaster Sumba Timur meliputi seluruh wilayah Pulau Sumba.

Selain itu, klaster Lembata meliputi Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Sikka, serta klaster Manggarai meliputi sejumlah kabupaten di bagian barat Pulau Flores dari Manggarai Barat hingga Ende.

"Pada setiap klaster ini akan dihitung berapa potensi rumput laut yang bisa dikembangkan, karena dalam survei nanti, kami akan melakukan uji parameter seperti kedalaman laut, salinitas, tingkat kecerahan, kondisi arus laut, dan plankton," ujarnya.

Setelah potensi diketahui, katanya menambahkan, pemerintah akan memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar lokasi-lokasi yang dinilai cocok untuk pengembangan rumput laut.

Baca juga: Pengamat: Produksi rumput laut tergantung kondisi perairan
Baca juga: Budidaya rumput laut tunggu hasil uji parameter


Selain itu, data potensi yang dihasilkan juga akan disuguhkan untuk mengajak para investor untuk berinvestasi mengembangkan rumput laut pada klaster-klaster tersebut.

Sebelumnya, ia mengatakan potensi rumput laut secara keseluruhan di NTT tercatat mencapai lebih dari 50.000 hektare, namun baru bisa dikelola sekitar 15 persen.