Kupang (ANTARA) - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Nusa Tenggara Timur Abed Frans mengatakan rata-rata industri perhotelan di NTT telah mengantongi sertifikat CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) sebagai jaminan keamanan dan kenyamanan wisatawan.
"Kami melihat saat ini rata-rata hotel di NTT sudah mengantongi sertifikat CHSE. Beberapa hotel bahkan sudah menyiapkan kuliner lokal juga," katanya ketika dihubungi di Kupang, Rabu, (6/10).
Ia mengatakan hal itu berkaitan pandangan pelaku usaha jasa perjalanan wisata terkait pelaksanaan program sertifikat CHSE untuk menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjungan di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
Abed Frans menjelaskan sektor usaha pariwisata memang mencakup banyak bidang, mulai dari perhotelan, restoran, transportasi, hingga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Namun dalam hal sertifikat CHSE ini, kata dia mungkin saja Pemerintah secara bertahap melakukan sertifikasinya, mulai dari sarana akomodasi, selanjutnya ke operator tur yang di dalamnya ada Asita dan lain-lain, tenaga pemandu, dan sebagainya.
Baca juga: BPOLBF siapkan akomodasi standar CHSE dukung KTT G-20
Oleh sebab itu, pihaknya mendorong agar semua sektor usaha pariwisata di NTT ke depan segara mendapatkan sertifikat CHSE sehingga keamanan dan kenyamanan wisatawan bisa terjamin saat menggunakan produk atau jasa yang disuguhkan.
Baca juga: BPOLBF imbau pemilik kapal wisata utamakan keselamatan
"Kami di Asita tentu saja secara otomatis kami akan menggunakan partner-partner yang sudah memiliki sertifikat CHSE saat melayani tamu-tamu kami," katanya.
Menyinggung terkait usaha perhotelan dan restoran, Abed Frans berharap agar sektor usaha tersebut terus membenahi kualitas pelayanan terhadap para tamu atau wisatawan.
"Sudah bagus hotel restoran sudah mulai menyiapkan kuliner lokal, hanya mungkin sumber daya manusia terutama pada bagian frontliner harus lebih ramah, murah senyum dan friendly terhadap tamu," katanya.
"Kami melihat saat ini rata-rata hotel di NTT sudah mengantongi sertifikat CHSE. Beberapa hotel bahkan sudah menyiapkan kuliner lokal juga," katanya ketika dihubungi di Kupang, Rabu, (6/10).
Ia mengatakan hal itu berkaitan pandangan pelaku usaha jasa perjalanan wisata terkait pelaksanaan program sertifikat CHSE untuk menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan yang berkunjungan di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
Abed Frans menjelaskan sektor usaha pariwisata memang mencakup banyak bidang, mulai dari perhotelan, restoran, transportasi, hingga Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Namun dalam hal sertifikat CHSE ini, kata dia mungkin saja Pemerintah secara bertahap melakukan sertifikasinya, mulai dari sarana akomodasi, selanjutnya ke operator tur yang di dalamnya ada Asita dan lain-lain, tenaga pemandu, dan sebagainya.
Baca juga: BPOLBF siapkan akomodasi standar CHSE dukung KTT G-20
Oleh sebab itu, pihaknya mendorong agar semua sektor usaha pariwisata di NTT ke depan segara mendapatkan sertifikat CHSE sehingga keamanan dan kenyamanan wisatawan bisa terjamin saat menggunakan produk atau jasa yang disuguhkan.
Baca juga: BPOLBF imbau pemilik kapal wisata utamakan keselamatan
"Kami di Asita tentu saja secara otomatis kami akan menggunakan partner-partner yang sudah memiliki sertifikat CHSE saat melayani tamu-tamu kami," katanya.
Menyinggung terkait usaha perhotelan dan restoran, Abed Frans berharap agar sektor usaha tersebut terus membenahi kualitas pelayanan terhadap para tamu atau wisatawan.
"Sudah bagus hotel restoran sudah mulai menyiapkan kuliner lokal, hanya mungkin sumber daya manusia terutama pada bagian frontliner harus lebih ramah, murah senyum dan friendly terhadap tamu," katanya.