Larantuka (ANTARA) - Bupati Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) Nikodemus Rihi Heke mengatakan kasus kekerdilan (stunting) pada anak-anak di daerah itu menurun sekitar 6,2 persen selama periode Februari-Agustus 2021.
"Pada Februari 2021, kami mencatat persentase balita yang mengalami kekerdilan sekitar 31,7 persen. Dengan berbagai upaya penangan, angkanya turun pada Agustus 2021 menjadi 25,5 persen," katanya dalam keterangan yang diterima di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Selasa, (9/11).
Ia mengatakan dengan menurunnya kasus sebesar 6,2 persen ini, jumlah balita yang mengalami kekerdilan di daerah itu tersisa sekitar 1.000 anak.
Rihi Heke mengatakan pemerintahannya berkomitmen untuk terus menurunkan angka kekerdilan hingga titik terendah.
Beberapa upaya yang terus digencarkan, kata dia, seperti gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) oleh semua lapisan masyarakat.
Selain itu, pemberian air susu ibu eksklusif pada anak usia 0-6 bulan dan makanan pendamping ASI yang bergizi pada anak usia 6 bulan-2 tahun.
"Dengan demikian, kita harapkan ke depan bisa menurunkan lebih banyak lagi persentase kasus kekerdilan ini," katanya.
Ia menambahkan pemerintahannya juga menggandeng berbagai pihak untuk menangani kekerdilan bersama-sama, karena merupakan cita-cita bersama untuk mewujudkan generasi bangsa yang unggul.
Baca juga: KM Cantika dievakuasi setelah 7 bulan terdampar akibat Badai Seroja
Baca juga: Warga Sabu Raijua butuh bantuan tempat penampungan air
"Pada Februari 2021, kami mencatat persentase balita yang mengalami kekerdilan sekitar 31,7 persen. Dengan berbagai upaya penangan, angkanya turun pada Agustus 2021 menjadi 25,5 persen," katanya dalam keterangan yang diterima di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Selasa, (9/11).
Ia mengatakan dengan menurunnya kasus sebesar 6,2 persen ini, jumlah balita yang mengalami kekerdilan di daerah itu tersisa sekitar 1.000 anak.
Rihi Heke mengatakan pemerintahannya berkomitmen untuk terus menurunkan angka kekerdilan hingga titik terendah.
Beberapa upaya yang terus digencarkan, kata dia, seperti gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) oleh semua lapisan masyarakat.
Selain itu, pemberian air susu ibu eksklusif pada anak usia 0-6 bulan dan makanan pendamping ASI yang bergizi pada anak usia 6 bulan-2 tahun.
"Dengan demikian, kita harapkan ke depan bisa menurunkan lebih banyak lagi persentase kasus kekerdilan ini," katanya.
Ia menambahkan pemerintahannya juga menggandeng berbagai pihak untuk menangani kekerdilan bersama-sama, karena merupakan cita-cita bersama untuk mewujudkan generasi bangsa yang unggul.
Baca juga: KM Cantika dievakuasi setelah 7 bulan terdampar akibat Badai Seroja
Baca juga: Warga Sabu Raijua butuh bantuan tempat penampungan air