Enam orang meninggal akibat DBD di Sabu Raijua

id NTT,DBD di NTT,Kota Kupang

Enam orang meninggal akibat DBD di Sabu Raijua

Dok. Seorang anak dalam perawatan karena kasus DBD di Sikka. ANTARA/Kornelis Kaha

...Selama 2024, ada 479 kasus DBD dengan 467 pasien sembuh dan enam meninggal dunia, kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua Thobias Jusuf Messakh, dihubungi dari Kupang, Kamis, (9/1)

Kupang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menyebut selama 2024 enam warga di daerah itu meninggal dunia akibat terjangkit demam berdarah dengue (DBD).

“Selama 2024, ada 479 kasus DBD dengan 467 pasien sembuh dan enam meninggal dunia,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua Thobias Jusuf Messakh, dihubungi dari Kupang, Kamis, (9/1).

Hal ini disampaikan Thobias berkaitan dengan kasus DBD di Kabupaten Sabu Raijua, khususnya selama tahun 2024.

Ia mengatakan sejak November 2024, kabupaten itu telah ditetapkan masuk dalam kejadian luar biasa (KLB) DBD.

“Kasus DBD tahun 2024 menjadi yang tertinggi selama tiga tahun terakhir,” kata Thobias.

Ia menjelaskan sejak 2021 rata-rata kasus tidak lebih dari 60 per tahun. Namun, pada 2024 melonjak drastis hingga 479 kasus dalam setahun. “Tren kasus DBD meningkat mulai Oktober 2024,” tambahnya.

Ia mengatakan pasien terbanyak selama 2024 adalah anak-anak dari usia 5 - 14 tahun. Yang mana jika dipersentasekan jumlah pasien usia anak mencapai 89 persen.

Untuk itu, pihaknya mensosialisasikan dan edukasi ke sekolah-sekolah, khususnya di wilayah dengan jumlah pasien usia anak yang tinggi.

Para orang tua juga telah diingatkan untuk mengoles lotion atau minyak anti-nyamuk pada anak-anak, baik saat pergi sekolah maupun selama aktivitas di rumah.

Di tengah masa KLB DBD, kata dia, telah dijalankan sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) untuk memantau perkembangan penyakit demam berdarah.

Sistem layanan daring selama 1 × 24 jam, sehingga bila ditemukan tanda-tanda dini DBD bisa segera dilaporkan.

Ia mengatakan di tengah kondisi ini, Pemerintah Provinsi NTT telah memberikan perhatian dan dukungan. “Kami telah menerima dua kali bantuan logistik dari Pemprov NTT,” kata dia.

Selain itu, juga ada bantuan konsultasi secara daring dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang NTT.

Sehingga, para dokter di Rumah Sakit dan Puskesmas di Sabu bisa memberikan konsultasi terkait penanganan penyakit anak melalui jejaring konsultasi tersebut.

“Hal ini sangat membantu, karena di Sabu belum ada dokter spesialis anak,” tambahnya.

Baca juga: Dinkes: DBD di Sabu Raijua sudah tercatat 52 kasus pada awal 2025

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa saat ini sudah ada Instruksi Bupati Sabu Raijua demi antisipasi KLB DBD mulai dari tingkat RT/RW hingga kecamatan.

Baca juga: Dinkes Sikka ingatkan warga tingkatkan kebersihan cegah DBD

“Kiranya semua pihak terkait saling bersinergi demi mengatasi KLB DBD di Sabu,” ujarnya.