Chicago (ANTARA) - Emas menambah keuntungan lagi pada akhir perdagangan Rabu (Kamis, 10/2 pagi WIB), dibantu oleh dolar yang lebih lemah dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS, meskipun harga bergerak dalam kisaran yang ketat karena investor menahan diri untuk tidak bertaruh besar menjelang data inflasi AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, menguat 8,70 dolar AS atau 0,5 persen menjadi menetap di 1.836,60 dolar AS per ounce, menandai kenaikan keempat beruntun. Berdasarkan kontrak paling aktif, harga mencatat penyelesaian tertinggi sejak 25 Januari, data FactSet menunjukkan.
Sehari sebelumnya, Selasa (8/2/2022), emas berjangka naik 6,10 dolar AS atau 0,3 persen menjadi 1.827,90 dolar AS, setelah terangkat 14 dolar AS atau 0,8 persen menjadi 1.821,80 dolar AS pada Senin (7/2/2022), dan menguat 3,70 dolar AS atau 0,2 persen menjadi 1.807,80 dolar AS pada Jumat (4/2/2022).
"Dolar turun sedikit dan tampaknya agak mendukung emas, tetapi secara keseluruhan pasar emas agak datar untuk mengantisipasi angka IHK (indeks harga konsumen) besok," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun turun dari tertinggi November 2019, sementara dolar melemah, membuat emas yang dihargakan dengan greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Semua mata tertuju pada data harga konsumen AS untuk Januari yang akan dirilis pada Kamis waktu setempat yang dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang lintasan kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Angka inflasi yang kuat diperkirakan akan meningkatkan keberanian emas sebagai lindung nilai inflasi, tetapi kenaikan suku bunga AS akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Pejabat bank sentral AS telah mengisyaratkan mereka akan mulai menaikkan suku bunga bulan depan untuk melawan inflasi yang tinggi.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Rabu (9/2/2022) AS mungkin mendekati penurunan inflasi, tetapi menambahkan dia masih condong ke arah laju kenaikan suku bunga yang sedikit lebih cepat tahun ini.
"Kenaikan harga mengikis nilai mata uang fiat di seluruh dunia, menjadikan emas sebagai investasi yang menarik bagi banyak orang, Fawad Razaqzada, analis ThinkMarkets, menulis dalam sebuah catatan.
"Tapi emas sekarang harus melewati kisaran resistensi kunci 1.830-1.850 dolar AS, jika ingin membuat comeback yang lebih serius."
Baca juga: Emas terangkat 6,1 dolar, risiko inflasi
Baca juga: Emas kembali jatuh 6,2 dolar
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, menguat 8,70 dolar AS atau 0,5 persen menjadi menetap di 1.836,60 dolar AS per ounce, menandai kenaikan keempat beruntun. Berdasarkan kontrak paling aktif, harga mencatat penyelesaian tertinggi sejak 25 Januari, data FactSet menunjukkan.
Sehari sebelumnya, Selasa (8/2/2022), emas berjangka naik 6,10 dolar AS atau 0,3 persen menjadi 1.827,90 dolar AS, setelah terangkat 14 dolar AS atau 0,8 persen menjadi 1.821,80 dolar AS pada Senin (7/2/2022), dan menguat 3,70 dolar AS atau 0,2 persen menjadi 1.807,80 dolar AS pada Jumat (4/2/2022).
"Dolar turun sedikit dan tampaknya agak mendukung emas, tetapi secara keseluruhan pasar emas agak datar untuk mengantisipasi angka IHK (indeks harga konsumen) besok," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.
Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun turun dari tertinggi November 2019, sementara dolar melemah, membuat emas yang dihargakan dengan greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Semua mata tertuju pada data harga konsumen AS untuk Januari yang akan dirilis pada Kamis waktu setempat yang dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang lintasan kenaikan suku bunga Federal Reserve.
Angka inflasi yang kuat diperkirakan akan meningkatkan keberanian emas sebagai lindung nilai inflasi, tetapi kenaikan suku bunga AS akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Pejabat bank sentral AS telah mengisyaratkan mereka akan mulai menaikkan suku bunga bulan depan untuk melawan inflasi yang tinggi.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Rabu (9/2/2022) AS mungkin mendekati penurunan inflasi, tetapi menambahkan dia masih condong ke arah laju kenaikan suku bunga yang sedikit lebih cepat tahun ini.
"Kenaikan harga mengikis nilai mata uang fiat di seluruh dunia, menjadikan emas sebagai investasi yang menarik bagi banyak orang, Fawad Razaqzada, analis ThinkMarkets, menulis dalam sebuah catatan.
"Tapi emas sekarang harus melewati kisaran resistensi kunci 1.830-1.850 dolar AS, jika ingin membuat comeback yang lebih serius."
Baca juga: Emas terangkat 6,1 dolar, risiko inflasi
Baca juga: Emas kembali jatuh 6,2 dolar