Jakarta (ANTARA) - Pagi itu Jaelani anggota Babinsa 1 Kelurahan Kapuk Koramil 04 Cengkareng Kodim 0503/Jakarta Barat bersama-sama dengan rekannya dari petugas Satpol PP dan polisi sudah sibuk di jalanan Ibu Kota membagi-bagikan masker kepada warga.
Sinar mentari yang tak terlalu terik pukul 07.00 WIB kala itu tidak menurunkan semangat Jaelani dan rekan-rekannya beraktivitas.
Usai membagi-bagikan masker, Jalenai tidak langsung pulang. Dia berencana mampir ke wilayah binaannya di kawasan Kapuk, Jakarta Barat.
Di sana Jaelani hanya sekedar ingin bercengkerama dengan warga sambil menikmati secangkir kopi hitam yang dipesan dari sebuah warung langganannya.
Satu cangkir kopi pun langsung dipesan Jaelani. Namun tak beberapa lama kemudian telepon genggam di saku celana bergetar. Sontak Jaelani merogoh untuk melihat ke layar telepon genggam siapa yang telah menelepon.
Ternyata telepon di pagi itu datang dari seorang istri dari Ketua RT 12/13 Kelurahan Kapuk, kata Jaelani saat menceritakan peristiwa yang dialaminya tersebut di Markas Kodim 0503/ Jakarta Barat, Senin, (7/3).
"'Pak tolong ada orang tertusuk," kata Jaelani meniru percakapan dirinya dengan istri Ketua RT yang menelepon dengan nada panik.
Sontak Jaelani kaget dengan kabar tersebut. Tak sempat menunggu kopi hitam datang, dia langsung tancap gas dengan sepeda motornya menuju rumah pak RT.
Selama perjalanan, isi kepala Jaelani campur aduk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di sana. Setiap tikungan gang yang dia lewati selalu dibarengi dengan pertanyaan kenapa dan kenapa di dalam pikiran.
Komandan Korem 052/Wijayakrama Brigjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar (kedua kanan) memberikan piagam penghargaan dan satu unit sepeda kepada Babinsa 1 Kelurahan Kapuk Koramil 04 Cengkareng Kodim 0503/Jakarta Barat Pelda Muhammad Jaelani (kiri) di Markas Kodim 0503/ Jakarta Barat, Senin (7/3/2022). ANTARA/Walda/am. (ANTARA / Walda)
Darah
Sampai pada akhirnya Jaelani sampai di depan rumah pak RT. Setelah memarkir sepeda motor, dia sudah melihat ceceran darah di depan rumah Ketua RT.
Namun demikian, hal tersebut tidak serta merta menghalangi dia untuk menyusuri lokasi untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Jaelani bertanya kepada istri Ketua RT terkait keberadaan korban penusukan. Ibu itu hanya menjawab korban sudah dilarikan ke rumah sakit menggunakan sepeda motor.
Namun masalah tidak selalu sampai di situ. Ternyata, sang pelaku penusukan masih berada di tempat kejadian perkara.
"Tolong pak, pelaku masih ada di rumahnya pegang pisau," kata Jaelani menirukan informasi dari istri Ketua RT setempat.
Jaelani lalu melihat rumah pelaku yang dimaksud istri Ketua RT tersebut. Dia bersama beberapa warga mulai melangkah menghampiri rumah tersebut.
Setiap langkahnya dipenuhi ketakutan, khawatir dia terluka bahkan meninggal dunia. Siapa sangka ini akan jadi hari terakhirnya mengenakan seragam dinas.
Di saat rasa takut itu melanda, sesekali dia melihat baju loreng yang dia kenakan. Seketika terbersit beban moril seorang Babinsa yang mendorong dia untuk terus melangkah melawan ketakutan.
"Sebagai Babinsa, pakai baju loreng dan warga mau minta tolong, mau enggak mau ya kita tolong," kata dia.
"Ya sudah lah intinya kita kalau enggak terbunuh ya membunuh intinya gitu aja," tambah dia.
Jaelani dengan dibantu satu orang warga bernama Taufik lantas masuk ke rumah bertingkat yang didiami pelaku bernama Saepudin. Namun di ruang bawah dirinya tidak menemukan siapapun.
Namun Jaelani mendengar ada suara langkah kaki dari atas loteng. Dia pun bergegas ke atas serta mendapati Saepudin sedang berada di atas loteng.
Sambil mengernyitkan dahi dan menyipitkan mata, Jaelani berusaha mengingat dengan detail peristiwa itu.
Dalam ingatan Jaelani, Saepudin berdiri menggunakan jaket berkupluk warna hitam. Mata pemuda itu kosong sambil memegang sebilah pisau berlumur darah mengarah ke bawah.
Bicara
Melihat kondisi tersebut, Jaelani putar otak mencari cara untuk menangkap pelaku . Dia pun akhirnya mencoba untuk berbicara kepada sang pelaku.
"Pak ayo turun, kita bicarakan dengan baik baik. Semua bisa diselesaikan dengan baik baik. Ayo buang senjatanya, buang. Saya bilang begitu," jelas Jaelani menirukan ucapannya kepada pelaku.
Saepudin terlihat bergeming bahkan kalimat bujukan itu sama sekali tak membuat kepalan tangan kirinya melemah dan melempar pisau itu.
Namun selang beberapa saat, Saepudin setuju untuk turun dari loteng menggunakan tangga kayu. Pisau dapur itu masih dipegangnya dengan erat saat menuruni tangga.
Sontak Jaelani meminta Ketua RT beserta istri yang ada di dekat lokasi untuk menjauh untuk mengantisipasi perlawanan yang dilakukan pelaku.
Tinggal lah Jaelani bersama Taufik yang masih menunggu di bawah. Setelah mau mencapai anak tangga terakhir, Jaelani langsung meminta Taufik menahan Saepudin.
"Tarik Fik," kata Jaelani menjelaskan instruksinya kepada Taufik.
Di saat yang sama, tangan kanan Jaelani langsung memegang pergelangan tangan kiri pelaku yang memegang pisau. Sedangkan tangan kiri Jaelani memegang pergelangan lehe
Saepudin.
Pelaku yang dalam kondisi terlentang itu lalu sempat memberontak kala Jaelani memeganginya. Namun selang beberapa, genggaman tangan kiri pelaku mulai melemas dan pisau dapur pun terlepas.
Jaelani melihat pelaku sempat nyaris kehilangan kesadaran lantaran lehernya dipegang terlalu keras oleh dirinya. Setelah tangan Jaelani melepas leher pelaku, Jaelani langsung mengikat kedua tangan korban dengan tali.
Pelaku lalu diamankan warga untuk selanjutnya dibawa ke Polsek Cengkareng guna dimintai keterangan lebih lanjut. Setelah selesai dengan urusan pelaku, Jaelani menaiki loteng rumah tempat pelaku berdiri.
Ternyata, dia mendapati satu orang korban terkapar di atas loteng dengan luka tusuk di bagian dada. Dia pun berusaha menolong korban agar bisa dibawa ke rumah sakit terdekat.
Jaelani merasa dirinya hanya menjalankan tugas sebagai Babinsa. Dia tidak berharap lebih akan diapresiasi oleh warga.
Namun demikian, aksi heroiknya justru sampai ke telinga Komandan Korem 052/Wijayakrama Brigjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar.
Karena aksi heroiknya itu, Jaelani mendapatkan piagam penghargaan dari Rano dalam upacara yang digelar di markas Kodim 0503/ Jakarta Barat.
"Kita berikan reward kepada yang bersangkutan artinya karena kegagah perwiraannya dalam mengemban tugasnya," kata Rano kepada awak media.
Rano pun memuji keberanian Jaelani karena berani mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan warganya. Maka dari itu, dirinya tidak segan memberikan piagam penghargaan kepada Jaelani.
Rano berharap pemberian penghargaan kepada anggotanya ini bisa memecut semangat anggota Babinsa di seluruh kelurahan agar lebih semangat melayani warga.
Baca juga: Artikel - Menunggu hasil akhir matangnya RUU TPKS
Baca juga: Artikel - Air tanah dan ancaman Jakarta tenggelam
Sinar mentari yang tak terlalu terik pukul 07.00 WIB kala itu tidak menurunkan semangat Jaelani dan rekan-rekannya beraktivitas.
Usai membagi-bagikan masker, Jalenai tidak langsung pulang. Dia berencana mampir ke wilayah binaannya di kawasan Kapuk, Jakarta Barat.
Di sana Jaelani hanya sekedar ingin bercengkerama dengan warga sambil menikmati secangkir kopi hitam yang dipesan dari sebuah warung langganannya.
Satu cangkir kopi pun langsung dipesan Jaelani. Namun tak beberapa lama kemudian telepon genggam di saku celana bergetar. Sontak Jaelani merogoh untuk melihat ke layar telepon genggam siapa yang telah menelepon.
Ternyata telepon di pagi itu datang dari seorang istri dari Ketua RT 12/13 Kelurahan Kapuk, kata Jaelani saat menceritakan peristiwa yang dialaminya tersebut di Markas Kodim 0503/ Jakarta Barat, Senin, (7/3).
"'Pak tolong ada orang tertusuk," kata Jaelani meniru percakapan dirinya dengan istri Ketua RT yang menelepon dengan nada panik.
Sontak Jaelani kaget dengan kabar tersebut. Tak sempat menunggu kopi hitam datang, dia langsung tancap gas dengan sepeda motornya menuju rumah pak RT.
Selama perjalanan, isi kepala Jaelani campur aduk memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di sana. Setiap tikungan gang yang dia lewati selalu dibarengi dengan pertanyaan kenapa dan kenapa di dalam pikiran.
Darah
Sampai pada akhirnya Jaelani sampai di depan rumah pak RT. Setelah memarkir sepeda motor, dia sudah melihat ceceran darah di depan rumah Ketua RT.
Namun demikian, hal tersebut tidak serta merta menghalangi dia untuk menyusuri lokasi untuk bertanya apa yang sebenarnya terjadi.
Jaelani bertanya kepada istri Ketua RT terkait keberadaan korban penusukan. Ibu itu hanya menjawab korban sudah dilarikan ke rumah sakit menggunakan sepeda motor.
Namun masalah tidak selalu sampai di situ. Ternyata, sang pelaku penusukan masih berada di tempat kejadian perkara.
"Tolong pak, pelaku masih ada di rumahnya pegang pisau," kata Jaelani menirukan informasi dari istri Ketua RT setempat.
Jaelani lalu melihat rumah pelaku yang dimaksud istri Ketua RT tersebut. Dia bersama beberapa warga mulai melangkah menghampiri rumah tersebut.
Setiap langkahnya dipenuhi ketakutan, khawatir dia terluka bahkan meninggal dunia. Siapa sangka ini akan jadi hari terakhirnya mengenakan seragam dinas.
Di saat rasa takut itu melanda, sesekali dia melihat baju loreng yang dia kenakan. Seketika terbersit beban moril seorang Babinsa yang mendorong dia untuk terus melangkah melawan ketakutan.
"Sebagai Babinsa, pakai baju loreng dan warga mau minta tolong, mau enggak mau ya kita tolong," kata dia.
"Ya sudah lah intinya kita kalau enggak terbunuh ya membunuh intinya gitu aja," tambah dia.
Jaelani dengan dibantu satu orang warga bernama Taufik lantas masuk ke rumah bertingkat yang didiami pelaku bernama Saepudin. Namun di ruang bawah dirinya tidak menemukan siapapun.
Namun Jaelani mendengar ada suara langkah kaki dari atas loteng. Dia pun bergegas ke atas serta mendapati Saepudin sedang berada di atas loteng.
Sambil mengernyitkan dahi dan menyipitkan mata, Jaelani berusaha mengingat dengan detail peristiwa itu.
Dalam ingatan Jaelani, Saepudin berdiri menggunakan jaket berkupluk warna hitam. Mata pemuda itu kosong sambil memegang sebilah pisau berlumur darah mengarah ke bawah.
Bicara
Melihat kondisi tersebut, Jaelani putar otak mencari cara untuk menangkap pelaku . Dia pun akhirnya mencoba untuk berbicara kepada sang pelaku.
"Pak ayo turun, kita bicarakan dengan baik baik. Semua bisa diselesaikan dengan baik baik. Ayo buang senjatanya, buang. Saya bilang begitu," jelas Jaelani menirukan ucapannya kepada pelaku.
Saepudin terlihat bergeming bahkan kalimat bujukan itu sama sekali tak membuat kepalan tangan kirinya melemah dan melempar pisau itu.
Namun selang beberapa saat, Saepudin setuju untuk turun dari loteng menggunakan tangga kayu. Pisau dapur itu masih dipegangnya dengan erat saat menuruni tangga.
Sontak Jaelani meminta Ketua RT beserta istri yang ada di dekat lokasi untuk menjauh untuk mengantisipasi perlawanan yang dilakukan pelaku.
Tinggal lah Jaelani bersama Taufik yang masih menunggu di bawah. Setelah mau mencapai anak tangga terakhir, Jaelani langsung meminta Taufik menahan Saepudin.
"Tarik Fik," kata Jaelani menjelaskan instruksinya kepada Taufik.
Di saat yang sama, tangan kanan Jaelani langsung memegang pergelangan tangan kiri pelaku yang memegang pisau. Sedangkan tangan kiri Jaelani memegang pergelangan lehe
Saepudin.
Pelaku yang dalam kondisi terlentang itu lalu sempat memberontak kala Jaelani memeganginya. Namun selang beberapa, genggaman tangan kiri pelaku mulai melemas dan pisau dapur pun terlepas.
Jaelani melihat pelaku sempat nyaris kehilangan kesadaran lantaran lehernya dipegang terlalu keras oleh dirinya. Setelah tangan Jaelani melepas leher pelaku, Jaelani langsung mengikat kedua tangan korban dengan tali.
Pelaku lalu diamankan warga untuk selanjutnya dibawa ke Polsek Cengkareng guna dimintai keterangan lebih lanjut. Setelah selesai dengan urusan pelaku, Jaelani menaiki loteng rumah tempat pelaku berdiri.
Ternyata, dia mendapati satu orang korban terkapar di atas loteng dengan luka tusuk di bagian dada. Dia pun berusaha menolong korban agar bisa dibawa ke rumah sakit terdekat.
Jaelani merasa dirinya hanya menjalankan tugas sebagai Babinsa. Dia tidak berharap lebih akan diapresiasi oleh warga.
Namun demikian, aksi heroiknya justru sampai ke telinga Komandan Korem 052/Wijayakrama Brigjen TNI Rano Maxim Adolf Tilaar.
Karena aksi heroiknya itu, Jaelani mendapatkan piagam penghargaan dari Rano dalam upacara yang digelar di markas Kodim 0503/ Jakarta Barat.
"Kita berikan reward kepada yang bersangkutan artinya karena kegagah perwiraannya dalam mengemban tugasnya," kata Rano kepada awak media.
Rano pun memuji keberanian Jaelani karena berani mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan warganya. Maka dari itu, dirinya tidak segan memberikan piagam penghargaan kepada Jaelani.
Rano berharap pemberian penghargaan kepada anggotanya ini bisa memecut semangat anggota Babinsa di seluruh kelurahan agar lebih semangat melayani warga.
Baca juga: Artikel - Menunggu hasil akhir matangnya RUU TPKS
Baca juga: Artikel - Air tanah dan ancaman Jakarta tenggelam