Kupang (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur menggandeng Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF) untuk mengukur dampak pemanfaatan material Fly Ash Bottom Ash (FABA) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bagi pembangunan daerah.
"Pengukuran dampak pemanfaatan FABA ini dilakukan terhadap program pembangunan rumah sederhana yang layak dihuni bagi masyarakat di Kabupaten Ende dan Sikka," kata General Manager PLN UIW NTT Agustinus Jatmiko dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis, (21/7/2022).
Ia menjelaskan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJPS), PLN menyiapkan dana sebesar Rp620 juta untuk pelatihan pemanfaatan material sisa pembakaran PLTU atau FABA.
Pelatihan menyasar pelaku UMKM untuk memproduksi berbagai material berbasis FABA seperti produksi bata interlock, kanstin, paving blok.
"Bahan material yang dihasilkan telah digunakan untuk pembangunan rumah sederhana yang layak dihuni maupun untuk rumah ibadah," katanya.
Untuk mengukur dampak kinerja dan dampak program tersebut, pihaknya menggandeng ISSF untuk mengukur melakukan pengukuran dan perhitungan SROI.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal ISSF Nurul Iman menjelaskan pihaknya mengevaluasi program pemanfaatan FABA di Ende dan Sikka khusus untuk pembangunan rumah sederhana yang sehat dan layak dihuni masyarakat kurang mampu.
Pihaknya melakukan kunjungan lapangan kepada pemangku kepentingan terkait program terutama masyarakat penerima manfaat termasuk pihak rumah ibadah dan UMKM yang mengolah FABA.
"Dari pengukuran dampak sosial atau SROI yang kami diketahui bahwa nilai SROI sebesar 2,15. Artinya setiap Rp1 yang dikeluarkan oleh PLN telah menghasilkan dampak positif Rp2,15," terangnya.
Pihaknya telah mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sekaligus memberikan masukan konstruktif beserta peluang perbaikan bagi PLN maupun pemangku kepentingan di daerah untuk keberlanjutan program ke depan.
Lebih lanjut, ia mengatakan keunikan dari proses pemanfaatan FABA yaitu adanya solidaritas di antara warga kurang mampu membantu sesama yang juga kurang mampu selaku penerima program.
Baca juga: Kodim Sikka manfaatkan sisa pembakaran batu bara renovasi rumah
Oleh karena itu, kata dia, pemanfaatan FABA untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat kurang mampu perlu diteruskan sehingga semangat solidaritas di antara warga juga dilakukan secara berkelanjutan.
Baca juga: Artikel - Pemanfaatan FABA di Flores dorong inovasi energi di Indonesia
Ia menambahkan program pemanfaatan FABA yang sedang dilaksanakan saat ini di Ende merupakan sebuah program yang sangat baik karena menggandeng beberapa stakeholder kunci seperti pimpinan daerah dan tokoh agama.
"Hal baik yang sudah dilakukan ini perlu direplikasi oleh daerah lain karena manfaat program ini membantu pemerintah untuk mencapai target-target tujuan pembangunan berkelanjutan," katanya.
"Pengukuran dampak pemanfaatan FABA ini dilakukan terhadap program pembangunan rumah sederhana yang layak dihuni bagi masyarakat di Kabupaten Ende dan Sikka," kata General Manager PLN UIW NTT Agustinus Jatmiko dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis, (21/7/2022).
Ia menjelaskan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJPS), PLN menyiapkan dana sebesar Rp620 juta untuk pelatihan pemanfaatan material sisa pembakaran PLTU atau FABA.
Pelatihan menyasar pelaku UMKM untuk memproduksi berbagai material berbasis FABA seperti produksi bata interlock, kanstin, paving blok.
"Bahan material yang dihasilkan telah digunakan untuk pembangunan rumah sederhana yang layak dihuni maupun untuk rumah ibadah," katanya.
Untuk mengukur dampak kinerja dan dampak program tersebut, pihaknya menggandeng ISSF untuk mengukur melakukan pengukuran dan perhitungan SROI.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal ISSF Nurul Iman menjelaskan pihaknya mengevaluasi program pemanfaatan FABA di Ende dan Sikka khusus untuk pembangunan rumah sederhana yang sehat dan layak dihuni masyarakat kurang mampu.
Pihaknya melakukan kunjungan lapangan kepada pemangku kepentingan terkait program terutama masyarakat penerima manfaat termasuk pihak rumah ibadah dan UMKM yang mengolah FABA.
"Dari pengukuran dampak sosial atau SROI yang kami diketahui bahwa nilai SROI sebesar 2,15. Artinya setiap Rp1 yang dikeluarkan oleh PLN telah menghasilkan dampak positif Rp2,15," terangnya.
Pihaknya telah mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sekaligus memberikan masukan konstruktif beserta peluang perbaikan bagi PLN maupun pemangku kepentingan di daerah untuk keberlanjutan program ke depan.
Lebih lanjut, ia mengatakan keunikan dari proses pemanfaatan FABA yaitu adanya solidaritas di antara warga kurang mampu membantu sesama yang juga kurang mampu selaku penerima program.
Baca juga: Kodim Sikka manfaatkan sisa pembakaran batu bara renovasi rumah
Oleh karena itu, kata dia, pemanfaatan FABA untuk bedah rumah sederhana sehat layak huni bagi masyarakat kurang mampu perlu diteruskan sehingga semangat solidaritas di antara warga juga dilakukan secara berkelanjutan.
Baca juga: Artikel - Pemanfaatan FABA di Flores dorong inovasi energi di Indonesia
Ia menambahkan program pemanfaatan FABA yang sedang dilaksanakan saat ini di Ende merupakan sebuah program yang sangat baik karena menggandeng beberapa stakeholder kunci seperti pimpinan daerah dan tokoh agama.
"Hal baik yang sudah dilakukan ini perlu direplikasi oleh daerah lain karena manfaat program ini membantu pemerintah untuk mencapai target-target tujuan pembangunan berkelanjutan," katanya.