Jakarta (Antara NTT) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan dampak kerusakan infrastruktur yang besar akibat gempa yang melanda Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
"Secara ukuran gempa sebenarnya termasuk menengah, namun ternyata dampak kerusakannya begitu besar. Kami menafsirkan ada tiga faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu kedangkalan gempa, struktur lapisan batuan dan konstruksi bangunan," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Ego Syahrial ketika ditemui di kantor BPSDM, Jakarta, Kamis, (8/12).
Ego Syahrial mengatakan bahwa untuk kedangkalan gempa, gerakan yang terjadi adalah pada permukaan paling luar sehingga dekat dengan lapisan tanah yang digunakan untuk menopang berbagai bangunan.
Kedua adalah permasalahan lapisan batuan, di daerah Kabupaten Pidie Jaya lapisan penyusunnya adalah batuan kuarter dan tersier, di mana batuan tersebut memiliki sifat yang mudah lapuk, serta mudah berguncang, karena tidak mampu meredam banyak getaran.
"Batuan yang lapuk itu, terkena getaran sedikit saja, akibatnya justru menjadi penghantar getaran tersebut, sehingga tidak mampu menahan banyak pergeseran dari lempeng tanah," katanya.
Kemudian, faktor struktur bangunan, sebagian bangunan di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, memang tidak dirancang untuk tahan terhadap gempa, jadi bila terkena getaran bisa berakibat rusaknya struktur tersebut hingga dampak terburuk adalah roboh.
Selain itu, berdasarkan temuan data, Provinsi Aceh ternyata menjadi salah satu lokasi pertemuan antara dua lempeng yang besar yaitu lempeng Hindia-Australia dan Eurasia, ia menjelaskan bahwa jika lempeng tersebut bergerak sedikit saja maka akan memberikan guncangan yang besar.
Saat ini Badan Geologi Kementerian E energi dan Sumber Daya Mineral sudah menurunkan tim di lokasi gempa Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, untuk mempelajari kembali pemetaan yang sudah bergerak.
"Lempengnya memang besar di Provinsi Aceh, namun prediksi kami yang melewati Kabupaten Pidie Jaya hanya cabang-cabang dari lempengan tersebut, ini sedang kami pelajari jalurnya," katanya.
Menurut penjelasannya, ada dua cabang lempeng yang melewati Kabupaten Pidie Jaya, yaitu cabang lempeng Samalanga dan Sekar Meridu. Belum diketahui lempeng mana yang menyebabkan kerusakan besar tersebut, tim sedang berkoordinasi untuk mempelajari jalur cabang lempeng dan memetakan kembali sudah sejauh mana perkembangan lempeng tersebut bergerak.