Kupang (AntaraNews NTT) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai 2019 akan mengekspor daun kelor ke Benua Afrika dalam bentuk bubuk sebanyak 1.000 ton.

"Sudah ada permintaan dari Afrika terhadap daun kelor Nusa Tenggara Timur dalam bentuk bubuk. Nanti, kami akan ekspor sekitar 1.000 ton ke Afrika," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT Yohanis Tay Ruba di Kupang, Jumat (26/10).

Ia mengatakan pemerintah saat ini mulai mempersiapkan pengembangan tanaman kelor secara besar-besaran melalui gerakan Revolusi Hijau yang dicanangkan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat bersama Wakilnya Josef Nae Soi.

Yohanis menjelaskan, untuk tahapan pengembangan awal, telah disiapkan lahan sekitar delapan hektare di Kabupaten Kupang yang menyebar di Desa Oefafi, Desa Oeteta, dan Desa Pitai, untuk dijadikan sebagai demplot (demonstration plot).

Demontration Plot ini merupakan salah satu metode penyuluhan pertanian kepada petani, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan.

"Di demplot ini akan dilakukan pengembangan tanaman kelor untuk klaster daun secara terinegrasi dan intensif," katanya.

Baca juga: 30.000 anakan kelor dukung Revolusi Hijau

Dijelaskannya, populasi kelor yang akan ditanam pada lahan demplot itu sebanyak 10.000 pohon per hektare.

Setelah dikembangkan sekitar enam bulan, lanjutnya, daun kelor akan dipangkas dan diproses lebih lanjut menjadi daun kering untuk dijadikan pupuk.

"Di lokasi demplot itu kami juga mengajak berbagai pihak untuk investasi usaha kecil menyiapkan peralatan pengering," katanya.

Yohanis mengaku optimistis bisa memenuhi target permintaan daun kelor tersebut karena pengembangannya akan dilakukan secara besar-besaran di berbagai daerah potensial.

"Rencana pencanangan awal pada November 2018 dan selanjutnya pengembangan akan dilakukan secara gencar mulai 2019 dan 2020," katanya.

Baca juga: Distan NTT salurkan 500 anakan kelor ke tapal batas

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024