Hay dan silase bisa menjadi solusi bagi peternak sapi untuk menjaga ketersediaan pakan saat kemarau akibat fenomena El Nino yang diprediksi akan terjadi pada sebagian besar daerah di Indonesia.
"Saat kemarau pakan ternak sulit didapatkan. Hay dan silase bisa menjadi salah satu solusi bagi peternak sapi," kata Pengawas Mutu Pakan (Wastukan) Ahli Muda Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas, Yoselanda Marta, Spt MPt di Padang, Jumat, (16/6/2023).
Ia mengatakan hay adalah hasil pengawetan hijauan, rumput atau limbah pertanian yang dikeringkan sementara silase adalah hasil pengawetan hijauan, rumput-rumputan atau limbah pertanian dalam bentuk segar.
Hay dan silase idealnya dibuat saat pakan masih melimpah untuk kemudian disimpan sebagai langkah antisipasi menghadapi musim kemarau.
Ia menjelaskan untuk membuat hay caranya cukup sederhana karena prinsipnya adalah menurunkan kadar air menjadi 15-20 persen. Hijauan, rumput atau limbah pertanian cukup dikeringkan dengan cahaya matahari di atas rak. Dalam cuaca baik butuh waktu 4-8 jam untuk pengeringan.
Hijauan atau rumput yang dikeringkan itu harus dibolak-balik setiap dua jam. Setelah kering, hay dapat disimpan di gudang untuk digunakan saat pakan sulit didapatkan.
Sedangkan untuk silase prinsipnya adalah mempercepat keadaan hampa udara di tempat penyimpanan dan membuat suasana menjadi asam. Silase bisa dibuat dengan mengangin-anginkan hijauan satu malam, memotong pakan dalam ukuran pendek dan memadatkannya.
Silase juga bisa ditambah dengan bahan pengawet tertentu agar tahan lebih lama. Saat akan digunakan silase harus diangin-anginkan terlebih dahulu.
Yoselanda mengatakan nutrisi dalam hay maupun silase masih mampu mencukupi kebutuhan ternak. Namun jika dibutuhkan bisa ditambahkan mineral khusus.
Ia mengingatkan untuk ternak yang belum terbiasa memakan hay atau silase memang ada kemungkinan perlu penyesuaian terlebih dahulu. Namun hal itu sangat wajar dan tidak perlu dikhawatirkan.
Ia menyebut BPTU-HPT Padang Mengatas sudah sering memberikan sosialisasi kepada peternak untuk pembuatan hay dan silase serta pentingnya mineral tambahan, apalagi menghadapi fenomena El Nino.
Sementara itu Gubernur Sumbar, Mahyeldi ikut mengingatkan petani dan peternak di daerah itu untuk bersiap mengantisipasi fenomena El Nino.
Ia mengatakan telah berkomunikasi dengan BMKG dan diperkirakan fenomena itu akan terjadi di Sumbar sekitar bulan Juni 2023.
Silase juga bisa ditambah dengan bahan pengawet tertentu agar tahan lebih lama. Saat akan digunakan silase harus diangin-anginkan terlebih dahulu.
Yoselanda mengatakan nutrisi dalam hay maupun silase masih mampu mencukupi kebutuhan ternak. Namun jika dibutuhkan bisa ditambahkan mineral khusus.
Ia mengingatkan untuk ternak yang belum terbiasa memakan hay atau silase memang ada kemungkinan perlu penyesuaian terlebih dahulu. Namun hal itu sangat wajar dan tidak perlu dikhawatirkan.
Ia menyebut BPTU-HPT Padang Mengatas sudah sering memberikan sosialisasi kepada peternak untuk pembuatan hay dan silase serta pentingnya mineral tambahan, apalagi menghadapi fenomena El Nino.
Sementara itu Gubernur Sumbar, Mahyeldi ikut mengingatkan petani dan peternak di daerah itu untuk bersiap mengantisipasi fenomena El Nino.
Ia mengatakan telah berkomunikasi dengan BMKG dan diperkirakan fenomena itu akan terjadi di Sumbar sekitar bulan Juni 2023.
Baca juga: Pabrik pakan ternak di NTT operasi 2022
Baca juga: Tiap tahun NTT keluarkan Rp1,1 triliun untuk pengadaan pakan ternak
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Hay dan silase jadi solusi pakan ternak hadapi El Nino