BPBD Lembata libatkan penyintas dalam penanganan bencana

id Bencana, bpd, lembata, ntt, flores, lewoleba, sistem informasi bencana lembata, sibela

BPBD Lembata libatkan penyintas dalam penanganan bencana

Ilustrasi - Gunung Api Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, NTT. (ANTARA/Fransiska Mariana Nuka)

Pihaknya pun merancang sistem informasi yang terintegrasi sehingga penanganan darurat bencana bisa dilakukan dengan optimal...
Lewoleba (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mengubah paradigma penanganan bencana, apabila sebelumnya penyintas bencana sebagai obyek penanganan kini menjadi orang yang terlibat dalam masa tanggap darurat.

 "Perubahan paradigma dalam penanganan bencana ini diimplementasikan melalui kehadiran Sistem Informasi Bencana Lembata (Sibela)," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Lembata Andris Koban di Lewoleba, Kabupaten Lembata, Rabu, (19/7/2023).

Ia menjelaskan penanganan bencana di Lembata, contohnya erupsi Gunung Ile Lewotolok tahun 2021 masih menjadikan penyintas sebagai obyek dari penanganan bencana.

"Artinya, penyintas dikumpulkan dalam suatu tempat, lalu mendapat perlakuan dari otoritas kebencanaan. Namun lewat kehadiran sistem informasi bencana Lembata itu, para penyintas bencana terlibat dalam kerja-kerja masa tanggap darurat," ujarnya.

Sistem ini merujuk pada pembelajaran penanganan erupsi tahun 2021 sehingga digunakan untuk mengorganisir dinamika pergerakan kebencanaan.

Dengan demikian, penyintas yakni pengungsi dalam suatu kejadian bencana tidak lagi terlihat sebagai pengungsi, melainkan terlibat dalam kegiatan penanganan bencana pada tempatnya mengungsi.

Andris menerangkan pelatihan terhadap organisasi perangkat daerah dan masyarakat telah dilakukan pada hari Selasa (18/7) dengan penjelasan rinci tentang cara kerja sistem tersebut.

Dalam sistem informasi bencana Lembata, setiap pengguna yang menjadi pihak terkait dalam penanganan bencana akan mudah mengisi data dan kebutuhan logistik juga mengetahui tugas dan fungsi masing-masing saat terjadi erupsi gunung api Ile Lewotolok, katanya.

Dalam sistem itu juga terdapat tiga pos yang dipetakan berdasarkan dokumen rencana operasi yakni pos pendukung di tiga titik, pos wilayah di empat titik, dan pos khusus tersebar di 15 titik, serta pos lewolakan atau desa/kelurahan tujuan pengungsi sebanyak 18 titik.

Menurut Andris semua peserta yang menjadi admin telah mengerti pemanfaatan sistem dalam bentuk aplikasi itu. Para peserta pun merasakan kemudahan dalam mengoperasikan aplikasi.

Pelaksana tugas Kepala BPBD Kabupaten Lembata, Stafanus Hede Wadu mengatakan BPBD Lembata mulai memperbaiki sistem informasi kebencanaan yang tumpang-tindih dulunya.

Pihaknya pun merancang sistem informasi yang terintegrasi sehingga penanganan darurat bencana bisa dilakukan dengan optimal.

Baca juga: Ini sepuluh kecamatan di NTT berstatus awas bencana kekeringan

Perwakilan dari Bappelitbangda Lembata, Lusia Ramos yang terlibat mengoperasikan sistem informasi tersebut mengatakan dirinya merasakan kemudahan dalam pemanfaatan aplikasi kebencanaan itu.

Baca juga: BPBD Lembata susun dokumen rencana operasi bencana erupsi Gunung Lewotolok

Lewat sistem itu, pihaknya dapat mengetahui kebutuhan logistik pengungsi dari desa terdampak bencana sesuai basis data yang diisi oleh operator desa bersangkutan.