Artikel - Semburat emas di Mantar

id bukit mantar,desa mantar,paralayang bukit mantar,gunung rinjani,wisata pesisir,wisata sumbawa barat,desa budaya mantar,Artikel pariwisata Oleh Sugiharto Purnama

Artikel - Semburat emas di Mantar

Wisatawan menikmati surya terbit di Bukit Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Minggu (15/7/2023). (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Terbanglah terbang raihlah mimpi. Jangan berhenti terbanglah serdadu kumbang...
Tiga anak kecil tertawa riang saat duduk di atas dipan kayu penjemuran. Cahaya Matahari pagi menembus masuk ke dalam pupil mereka dan udara pagi yang dingin perlahan mulai menghangat.
 
Pada 2013, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat telah menetapkan Desa Mantar sebagai desa budaya. Penetapan itu sebagai upaya untuk melindungi budaya dan tradisi yang kental.
 
Rumah-rumah panggung berbahan kayu menjadi pemandangan yang dominan di Desa Mantar. Arsitektur tradisional menambah aura kuat status desa budaya.
 
Rumah panggung itu memiliki bentuk dan ukuran seragam yang diwariskan secara turun-temurun.
 
Meski demikian, beberapa rumah juga ada yang telah berubah permanen karena pemiliknya punya kemampuan finansial untuk merenovasi.
 
Jalan aspal hotmix yang dibangun pemerintah beberapa tahun lalu telah memudahkan warga untuk merenovasi rumah panggung menjadi rumah permanen.
 
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumbawa Barat Burhanuddin mengatakan status desa budaya menjadi payung bagi pemerintah untuk mempertahankan kearifan lokal di sana.
 
"Mantar ditetapkan sebagai desa budaya pada tahun 2013. Kami tetap pertahankan supaya budaya terus berlanjut. Makanya mereka bisa bertahan dengan kondisi tidak terlalu berubah," kata Burhanuddin.
 
Berbagai nilai sosial masih mengakar di dalam diri warga Desa Mantar. Meski digempur rayuan modernisasi, mereka dapat mempertahankan serta menjaga karya-karya budaya, seperti arsitektur tradisional.
 
Pemerintah berkomitmen proses pembangunan infrastruktur tidak sampai merusak kebudayaan yang telah melekat kuat di Desa Mantar.
 
Rasa percaya diri warga perlu dibangun agar bisa mengelola identitas budaya untuk meningkatkan kesejahteraan, karena rumah-rumah panggung berbahan kayu sudah jarang berdiri di kota-kota.
 
Ciri khas itu bisa menjadi daya tarik yang unik bagi para wisatawan untuk bermalam, mencicipi makanan lokal, atau sekadar menyelami keseharian warga Desa Mantar sebagai petani dan peternak.
 
Selain memiliki banyak rumah panggung, Desa Mantar juga punya tradisi unik yang dilakoni oleh para penduduknya, yaitu sedekah orong dan karavan ayam.
 
Sedekah orong digelar usai panen padi sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang telah memberikan berkah melimpah atas hasil Bumi. Setiap rumah wajib menyumbang masakan untuk ritual adat tersebut.
 
Salah satu kuliner khas yang selalu ada dalam sedekah orong adalah pesar yang melambangkan kemakmuran. Makanan itu bersumber dari hasil Bumi andalan desa yang terbuat dari beras ketan dan parutan kelapa yang dibungkus daun kelapa.
 
Mata pencarian utama penduduk desa adalah petani dan peternak. Itulah yang membuat tradisi-budaya selalu lestari dan punya pewaris di Desa Mantar.
 

Arena paralayang