Pemerintah pusat telah menunjuk Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur sebagai tuan rumah bersama pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXII pada tahun 2028.
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat menetapkan arena paralayang di Desa Mantar, sekaligus sebagai upaya memperkenalkan potensi pariwisata pesisir.
Desa Mantar yang memiliki jumlah penduduk 1.300-an jiwa, pernah beberapa kali menjadi lokasi perlombaan paralayang internasional, yakni pada tahun 2015 dan
Puncak Mantar berada pada areal seluas 2.000 meter persegi dan dikembangkan menjadi 7.000 meter persegi untuk mengakomodir kebutuhan olahraga serta wisata.
Baca juga: Artikel - Meramu budaya dari Kampung Tradisional Bena
Baca juga: Artikel - Meramu budaya dari Kampung Tradisional Bena
Para penerbang paralayang bisa lepas landas dengan parasut setinggi 3.000 kaki dan kecepatan angin kurang dari 15 kilometer per jam. Angin yang dipergunakan sebagai sumber daya angkat bisa melayangkan sayap kain sekitar 15 menit.
Sejumlah fasilitas sudah tersedia di Bukit Mantar, di antaranya area parkir kendaraan, gazebo, toilet, dan landasan terbang. Pemerintah setempat menyatakan hal yang kini dibutuhkan hanya penataan agar kawasan itu menjadi ideal sebagai arena olahraga ekstrem.
Baca juga: Artikel - Eksotisme savana di ujung Bendungan Praya
Baca juga: Artikel - Eksotisme savana di ujung Bendungan Praya
Dari Mantar, desa di atas awan, masa lalu dan masa depan itu menyatu dalam bingkai panorama pesisir dan olahraga yang terbalut keramahan penduduk lokal.
"Terbanglah terbang raihlah mimpi. Jangan berhenti terbanglah serdadu kumbang," demikian penggalan lirik lagu musisi Ipang Lazuardi, berjudul Serdadu Kumbang yang menceritakan kisah tiga bocah dari Desa Mantar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Semburat emas di Mantar