Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menyampaikan fenomena El Nino diprediksi bertahan sampai pertengahan tahun depan.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa sebelum El Nino tahun ini terjadi sudah ada La Nina yang berlangsung sekitar 30 bulan terhitung sejak Agustus 2020 hingga akhir Januari 2023.
Kala itu musim kemarau yang terjadi di Indonesia cenderung basah karena efek La Nina. Hujan sering turun bahkan saat musim kering.
Namun, El Nino yang sekarang terjadi justru kebalikan dari La Nina yang membuat musim hujan pada Desember, Januari, dan Februari cenderung lebih kering. Kondisi membuat musim kemarau terasa lebih panjang yang seharusnya hanya sekitar tiga bulan menjadi sembilan bulan.
"Nanti Desember, Januari, dan Februari mestinya kita musim hujan, tetapi karena ada El Nino kita mengalami musim kemarau. Bisa dikatakan hujan hanya rintik-rintik saja atau hanya berlangsung selama satu hingga dua hari saja," terang Eddy.
Lebih lanjut Eddy menyerukan penghematan air secara besar-besaran, mengganti tanaman padi menjadi palawija sebagai bentuk mitigasi menghadapi musim kemarau panjang akibat fenomena El Nino.
Baca juga: BMKG : Sejumlah wilayah harus waspada cuaca ekstrem
Baca juga: Artikel - Menjaga produksi beras dari dampak El Nino
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Fenomena El Nino bertahan sampai pertengahan tahun 2024