Artikel - Kecil-kecil si cabe rawit dari NTT itu adalah UMKM

id UMKM di NTT,UMKM NTT berjaya,NTT,Bank Indonesia,OJK,artikel ekonomi,artikel umkm Oleh Kornelis Kaha

Artikel - Kecil-kecil si cabe rawit dari NTT itu adalah UMKM

Pelaku UMKM di NTT menjajakan dagangannya. ANTARA/Gecio Vania

...Saat ini sudah ada 1.600 mama-mama yang kita berdayakan untuk menghasilkan anyaman yang bagus dengan bahan dasar daun lontar, kata Co Founder Du Anyam, Hanna Keraf, di Jakarta, Selasa (16/7)
Kupang (ANTARA) -  Kecil-kecil si cabe rawit, ungkapan yang bermakna meski fisiknya kecil tetapi mempunyai kemampuan yang tidak bisa dipandang remeh ini patut  disematkan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sebab,  badan usaha tersebut terbukti mampu menjadi motor penggerak perekonomian di Tanah Air.  

Bahkan, Presiden Joko Widodo dalam sejumlah kesempatan mengemukakan bahwa UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia namun juga ASEAN.

Hal ini terbukti pada saat COVID-19 melanda dunia, pemerintah Indonesia justru tak tanggung-tanggung memberikan insentif tambahan kepada para pelaku UMKM di Indonesia agar tidak gulung tikar di tengah pandemi tersebut.

 Untuk menopang UMKM di Indonesia selama pandemi, pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp 123,46 triliun untuk UMKM dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hasilnya sejumlah UMKM di Indonesia tetap bertahan dan kini justru semakin mendunia.

Salah satu UMKM itu adalah Du Anyam yang kini produknya telah mendunia. Hanya dengan mengandalkan potensi alam yang ada di daerah, serta memberdayakan mama-mama di daerah, kini hasil karyanya telah merambah ke 50 negara.

Du Anyam merupakan salah satu pelaku UMKM yang fokus pada upaya pemberdayaan perempuan di pelosok Indonesia, yang telah melakukan pendampingan di Desa Wulublolong, di Pulau Solor, Kabupaten Flores Timur sejak tahun 2014. Du Anyam berkomitmen memberikan akses uang tunai dari pembelian produk karya tangan ibu penganyam dan memasarkan produk tersebut.

Hal tersebut dilakukan guna menggerakkan perekonomian lokal dan pemerataan pembangunan perekonomian yang berkelanjutan khususnya di Indonesia timur, sekaligus menciptakan sumber daya manusia yang unggul serta mendorong kesetaraan gender, kesejahteraan, dan ketahanan keluarga.

“Saat ini sudah ada 1.600 mama-mama yang kita berdayakan untuk menghasilkan anyaman yang bagus dengan bahan dasar daun lontar,”kata Co Founder Du Anyam, Hanna Keraf, di Jakarta, Selasa (16/7).

Mama-mama yang diberdayakan di desa tersebut beberapa di antaranya adalah para penyintas Tindak Pidana Perdagangan Orang (TTPO), dan ada juga para perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Ekonomi tidak hanya berputar pada mama-mama penganyam tetapi juga  dari para pemanjat atau pengambil pohon daun lontar, para penyuwir, yang memasak daun lontar, lalu sampai ke mama-mama penganyam.

Perjalanan usaha Du Anyam terbilang sukses. Pada tahun 2018 Du Anyam dipercaya menjadi official Asean Games karena mampu mempertahankan kualitas tetap terjaga.

Hal yang paling utama bagi Du Anyam adalah konsistensi dalam menghasilkan anyaman, walaupun diminta dalam jumlah yang banyak sekalipun. Dari semula 1.000 produk yang dihasilkan, kini telah menjadi 10.000 produk.

Karena itu, untuk mempertahankan konsistensi karya, setiap tahun mereka memberikan pelatihan kepada 700 mama-mama guna mengedukasi dan memberikan pemahaman kepada para mama-mama penenun.

Keberadaan Du Anyam tidak hanya pada bisnis, namun untuk memastikan agar karyanya tidak berhenti di kalangan dewasa saja. Mereka  mengusulkan kepada Pemda Flores Timur agar ada kurikulum menganyam di SMK sehingga para siswa nantinya bisa mendapatkan hasil tambahan untuk biaya kuliah.

Banyak UMKM di NTT yang kini telah mendunia, beberapa di antaranya Coklat Gaura, Lamoringa, Biskuit Sorgum dan beberapa produk UMKM lainnya. Itu beberapa contoh UMKM yang kini telah menembus  pasar luar negeri karena konsistensinya dalam menjaga kualitas dan menjaga kepercayaan pasar.

Jumlah UMKM di NTT pada tahun 2023 mencapai  168.002. Enam kabupaten di NTT  yang memiliki UMKM terbanyak, yakni Kabupaten Sikka dengan 31.209 UMKM, Flores Timur 16.155 UMKM, Sumba Barat Daya 15.461 UMKM, Kabupaten Malaka 11.115 UMKM, Timor Tengah Utara (TTU) 10.806 UMKM dan terakhir Timor Tengah Selatan (TTS 10.455 UMKM.


Tantangan dan akses permodalan