Kupang (ANTARA) - Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) Nusa Tenggara Timur Zet Tadung Allo mengatakan bahwa pihaknya menemukan indikasi kerusakan dari 2.100 unit rumah untuk warga eks Pejuang Timor Timur (Tim-Tim) yang dibangun di Kecamatan Fatuleu di Kabupaten Kupang.
"Dari hasil pemantauan Kejaksaan, ditemukan berbagai penyimpangan dan ketidaksesuaian teknis, mulai dari dinding rumah yang retak, plafon jebol, aspal yang kurang, hingga drainase yang rusak," katanya dalam sambutannya di Aula Kejati NTT, Rabu.
Hal ini disampaikannya saat menggelar Rapat Koordinasi tentang pemanfaatan pembangunan 2.100 unit rumah bagi eks pejuang Timor Timur di Kabupaten Kupang.
Di hadapan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Forum Komunikasi Pejuang Timor Timur Eurico Gutteres dia menegaskan bahwa temuan itu bukan hanya soal mutu bangunan, tetapi menyangkut keselamatan warga.
"Kami bahkan menemukan indikasi adanya pekerjaan subkontraktor yang tidak memenuhi standar," ujarnya.
Dia juga menegaskan bahwa keselamatan dan kesejahteraan rakyat merupakan prioritas utama dan harus menjadi dasar bagi segala tindakan pemerintah dan peraturan hukum/penegakan hukum.
Menurutnya, pengawasan terhadap proyek-proyek berskala besar harus lebih ketat. Ia menekankan bahwa pemborosan anggaran bisa menjadi awal dari tindak pidana korupsi jika disertai penurunan mutu pekerjaan.
Kajati NTT menambahkan bahwa landasan visi penegakan hukum yang menjadi pegangan di jajaran Kejaksaan Tinggi, dimana mereka memulai setiap proses hukum dari upaya restorasi fisik dan keuangan negara.
"Ini bukan hanya semangat legal-formal, tetapi komitmen moral bahwa setiap rupiah dari anggaran negara harus sampai ke rakyat dalam bentuk manfaat yang nyata," ujarnya.
Zet Tadung juga menegaskan bahwa pihaknya memastikan bahwa setiap pembangunan, termasuk proyek pembangunan rumah khusus bagi warga eks Pejuang Timor Timur di Kabupaten Kupang, dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis dan standar mutu yang ditetapkan.
Dia menambahkan bahwa dari hasil pemantauan dan penyelidikan ditemukan berbagai ketidaksesuaian dalam pembangunan 2.100 unit rumah yang dikerjakan oleh beberapa BUMN konstruksi.
"Mulai dari rumah yang retak, tembok patah, plafon jebol, hingga kekurangan aspal dan kerusakan pada drainase, telah menjadi perhatian serius kami," ujar dia.

