Eks napi koruptor juga miliki hak politik

id napi koruptor

Eks napi koruptor juga miliki hak politik

Narapidana di sel penjara. (ANTARA FOTO/Dok)

"Negara tidak boleh membatasi hak politik seseorang untuk menjadi calon pemimpin, termasuk eks napi koruptor sekali pun," kata Ahmad Atang.
Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang MSi mengatakan setiap warga bangsa, termasuk eks nara pidana koruptor memiliki hak politik untuk menjadi calon kepala daerah maupun wakil kepala daerah.

"Negara tidak boleh membatasi hak politik seseorang untuk menjadi calon pemimpin, termasuk eks napi koruptor sekali pun," kata Ahmad Atang di Kupang, Senin (25/11), terkait usulan larangan mantan koruptor jadi calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah 2020.

Ketua KPU, Arief Budiman, mengusulkan aturan tentang larangan kepala daerah eks napi koruptor masuk ke dalam Peraturan KPU (PKPU) tentang Pencalonan dalam Pemilihan Kepala Daerah 2020.

Pada pemilihan legislatif 2019, KPU membuat PKPU yang melarang eks caleg napi koruptor ikut pemilu. PKPU digugat ke Mahkamah Agung karena dianggap bertentangan dengan peraturan di atasnya. Oleh MA, peraturan itu dibatalkan dan calon legislatif eks napi koruptor boleh mencalonkan diri.

Baca juga: Gagasan pilkada asimetris lebih diterima, kata pengamat
Baca juga: Pilkada langsung perlu dievaluasi secara komprehensif


Menurut Atang, semestinya KPU tidak perlu mempersoalkan calon eks napi koruptor menjadi calon kepala daerah, maupun calon anggota legislatif.

KPU kata dia, seharusnya memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menentukan pilihan, apakah calon eks napi koruptor itu layak dipilih untuk menjadi pemimpin mereka atau tidak.

Artinya, jika rakyat menjatuhkan pilihan pada eks napi koruptor, maka negara harus menerima karena itulah pilihan rakyat, kata dia. 

Karena itu, negara tidak seharusnya membuat larangan kepada figur eks napi koruptor untuk menjadi calon kepala daerah maupun wakil kepala daerah, tetapi menyerahkan sepenuhnya pada rakyat, katanya.

Baca juga: Ada tiga modal utama jadi calon kepala daerah
Baca juga: Polisi petakan kerawanan pilkada serentak di NTT pada 2020