Pengendalian hama ulat grayak dengan cara mekanik

id Petani Flores Timur

Pengendalian hama ulat grayak dengan cara mekanik

Seorang petani di Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur sedang mengurus tanaman jagung yang terserang hama ulat grayak. (ANTARA FOTO/Aloysius Lewokeda)

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa serangan hama ulat grayak di Kabupaten Flores Timur sudah masuk kategori berat.
Kupang (ANTARA) - Para petani di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah diarahkan untuk mengendalikan serangan hama ulat grayak secara mekanik, yakni dengan cara memungut ulat-ulat yang ada di setiap rumpun tanaman jagung.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur, Anton Wukak Sogen ketika dihubungi Antara dari Kupang, Selasa (11/2) mengatakan berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan menunjukkan bahwa serangan hama ulat grayak di Kabupaten Flores Timur sudah masuk kategori berat.

Pengendalian hama secara mekanik biasa dilakukan pada tanaman organik agar terhindar dari obat-obatan kimia yang dapat berdampak buruk pada hasil panen tanaman. Selain itu, juga dapat menjaga pencemaran lingkungan dan alam.

Kegiatan pengendalian hama secara mekanik yang biasa dilakukan adalah dengan mengambil dan membersihkan siput atau ulat yang menyerang tanaman jagung secara manual.

Kegiatan pengendalian hama secara mekanik atau manual ini biasanya dilakukan pada pagi hari secara serentak dengan mengumpulkan ulat yang menyerang pucuk jagung, dan kemudian hasil tangkapan tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar.

Adapun cara pengendalian secara fisik, yakni dengan memanipukasi faktor fisik lingkungan sedemikian rupa sehingga secara alamiah dapat menurunkan dan mematikan hama yang menyerang tanaman. Tindakan pengendalian hama secara kultur teknis tersebut dapat berupa
Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli (tengah) didampingi Kepala Dinas Pertanian, Anton Wukak Sogen (kiri), sedang melakukan pengendalian terhadap hama ulat grayak secara mekanik di Pulau Adonara. (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan)
Ulat grayak yang hidup dalam satu rumpun jagung, kata Anton Wukak, mencapai 3-4 ekor sehingga tingkat serangannya sudah parah.

Untuk itu, lanjut dia, perlu ada upaya pengendalian secara total, salah satunya secara mekanis dengan mengambil ulat-ulat di setiap tanaman jagung yang terserang.

“Jadi kami arahkan para petani untuk libatkan keluarga, anak-anak muda, dan sebagainya sehingga hama ulat grayak pada jagung ditelusuri dari rumpun ke rumpun ,” katanya.

Menurut dia, hama ini harus dibasmi secara total karena dikhawatirkan tanaman lain juga terserang mengingat sistem tanam tidak monokultur, namun ada sorgum, padi, dan lainnya.

Dia mengatakan upaya pengendalian lainnya dapat dilakukan pula dengan pendekatan kearifan budaya lokal yaitu melalui ritual adat untuk mengusir hama.

Anton Wukak mengatakan di sisi lain pihaknya juga melakukan penanganan dengan pendekatan aplikasi bahan kimia melalui pembagian obat insektisida maupun alat hand sprayer namun secara terbatas karena disesuaikan dengan kondisi anggaran.

Pihaknya mencatat sudah 4.585 hektare lahan tanaman jagung di daerah itu sudah terserang hama ulat grayak dari total 12.072 hektare.

Serangan hama ini sudah merata hampir di setiap desa yang menyebar pada 19 kecamatan dan pemerintah daerah setempat telah menetapkan status kondisi peristiwa tersebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur, Anton Wukak Sogen, sedang melakukan pengendalian hama ulat grayak dengan sistem mekanik, yakni mengangkat ulat tersebut untuk kemudian dibakar. (ANTARA FOTO/HO-Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur/pri)