Kupang (Antara NTT) - Banjir air laut (rob) setinggi enam meter, Jumat, menghantam warga Kolbano di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur yang bermukim di pantai selatan daerah penghasil kayu cendana tersebut.
"Saya lagi di Jakarta, tetapi saya sudah dapat informasi kalau air laut sekarang sudah sampai di badan jalan sejauh sekitar enam meter dari bibir pantai, sehingga warga setempat sempat mengungsi ke daerah yang lebih aman," kata Bupati Timor Tengah Selatan Paul Mella saat dihubungi Antara dari Kupang, Jumat.
Saat ini, kata Bupati Mella, warga di tiga desa di Kecamatan Kualin masing-masing Desa Boking, Kolbano dan Kualin, sempat mengungsi ke dataran tinggi untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
"Saya sudah perintahkan para camat yang wilayahnya berada di pesisir pantai untuk mencegah masyarakatnya jauh dari pantai, termasuk para petani yang sawahnya tidak jauh dari bibir pantai serta melarang para nelayan setempat untuk melaut," katanya.
Menurut Bupati Mella, banjir rob baru pertama kali terjadi di wilayah pantai selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan itu, sehingga masyarakat yang bermukim di sekitarnya diharapkan untuk tidak panik dan tetap waspada.
Sementara itu, BMKG Kupang memperkirakan terjadinya rob di pantai selatan Kolbano itu merupakan dampak dari siklon tropis Frances yang tengah melanda wilayah setempat. Siklon Frances dapat memicu terjadinya hujan disertai pula dengan banjir dan rob.
Pihak BMKG Kupang memperkirakan kejadian air pasang di Kolbano itu, karena terjadinya gelombang badai atau storm surge berupa naiknya permukaan air laut seperti air pasang yang datangnya secara tiba-tiba.
Siklon Frances
Prakirawan Maria Patty Seran dari BMKG Kupang menjelaskan air laut yang meluap dari pantai Kolbano di wilayah pantai selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur itu merupakan dampak dari siklon tropis Frances terhadap daerah yang dilalui siklon itu.
Dia menjelaskan dampak dari siklon Frances tersebut bisa berupa angin kencang, hujan deras berjam-jam, bahkan berhari-hari yang dapat mengakibatkan banjir, gelombang tinggi, dan gelombang badai (storm surge).
"Kejadian di Kolbano adalah berupa gelombang tinggi, gelombang badai atau storm surge yaitu naiknya tinggi muka laut seperti air pasang tinggi yang datang tiba-tiba," katanya.
Dia menambahkan untuk wilayah perairan yang sudah diberi peringatan dini oleh BMKG sebaiknya dihindari seperti laut Timor, perairan Selatan Kupang-Rote, Samudera Hindia dan sebagian Laut Sawu dengan tinggi gelombang 3,5 meter.
Dua rumah rusak
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Timor Tengah Selatan melaporkan dua rumah di Desa Fatu Un, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), rusak ringan akibat diterjang gelombang pasang air laut setinggi enam meter di pantai Kolbano.
"Saat ini saya sedang berada di lokasi mendata kerusakan yang terjadi akibat air laut pasang yang melanda, selain dua rumah tersebut ada tiga rumah yang kemasukan air," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kabupaten Timor Tengah Selatan Frans, saat dihubungi dari Kupang, Jumat.
Ia menjelaskan walaupun dua rumah tersebut diterjang gelombang laut, namun tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut.
Dari hasil pantauannya, Frans mengaku saat ini air laut telah sampai di badan jalan bahkan telah sampai ke rumah-rumah warga di sekitar dua desa yakni Kolbano dan Paha.
Sementara itu BPBD TTS sendiri saat ini telah menurunkan sejumlah petugasnya untuk berpencar mendata jika ada kerusakan yang lebih parah dari dua rumah yang diterjang gelombang tersebut.
"Sampai saat ini tidak ditemukan ada korban jiwa. Untuk sementara kita terus bekerja dan bekerja untuk mendata," tambahnya.
Belum ganggu pelayaran
Sementara itu, Manajer PT ASDP Cabang Kupang Arnoldus Yansen mengatakan siklon tropis Frances yang melanda wilayah Nusa Tenggara Timur saat ini belum mengganggu aktivitas pelayaran.
"Pelayaran ke semua lintasan penyeberangan masih berjalan aman, karena tidak melewati wilayah perairan yang terkena dampak siklon tropis Frances," katanya kepada Antara.
Menurut dia, semua kapal tetap melayani rute penyeberangan yang sudah ditetapkan dan sampai saat ini belum ada yang membatalkan pelayaran karena siklon tropis.
Namun, semua nahkoda kapal sudah diperingatkan untuk tidak memaksakan melanjutkan perjalanan jika kondisi cuaca di wilayah perairan tidak memungkinkan.
Siklon tropis Frances yang teridentifikasi di laut Arafuru sebelah timur Nusa Tenggara Timur (NTT) telah memicu cuaca di wilayah setempat dengan tekanan minimum di pusat sistem mencapai 997 hPa.
Siklon tropis ini bergerak dengan kecepatan angin maksimum hingga 35 knot atau 63 km/jam dan bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 14 km/jam.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika melaporkan, siklon tropis yang teridentifikasi tepat di 10.1 derajat celcius LS 129.4 deratat celsius BT, sekitar 340 KM arah Timur Kupang itu diperkirakan akan meningkat intensitasnya dalam 24 jam ke depan di sekitar Laut Timor sebelah Selatan Timor Leste.
BMKG memperkirakan, (untuk 24 jam) tanggal 28 April 2017 Siklon Tropis Frances berada pada posisi 11,2 LS 126 BT (sekitar 340 KM sebelah Timur Tenggara Kupang) dengan arah gerak menuju Barat Daya atau bergerak menjauhi wilayah Indonesia, dengan kecepatan angin maksimum 55 knot (100 km/jam).
Sedangkan untuk 48 jam, tanggal 29 April 2017 pukul 13.00 WIT, posisi 12,2 LS 123,5 BT arah gerak pada Barat Daya dan menjauhi wilayah Indonesia. Pada saat itu, angin maksimum 20 knot (35 km/jam).
Sementara untuk 72 jam ke depan, (30/4/2017) pukul 13.00 WITa posisi Siklon pada 13,0 LS, 121,0 BT dengan arah gerak Barat Daya menjauhi wilayah Indonesia dengan kecapatan maksimum 20 knots (35 km/jam).

