Kupang (Antara NTT) - Masyarakat Naikliu dan Amfoang di wilayah Kabupaten Kupang yang berlokasi sekitar 150 km timur laut Kupang, Nusa Tenggara Timur merasa sangat terbantu dengan beroperasinya KMP Lakaan ke wilayah mereka yang selama ini terisolasi.
Camat Amfoang Utara Andreas Naisunis kepada pers di pusat pemerintahan Kabupaten Kupang di Oelamasi, sekitar 38 km timur Kota Kupang, Selasa, mengatakan kehadiran Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Lakaan itu sangat berarti bagi masyarakatnya di Naikliu dan Amfoang.
"Kami bisa bepergian ke Kota dan Kabupaten Kupang dengan biaya yang jauh lebih murah, dan masyarakat pun bisa dengan leluasa memasarkan hasil pertaniannya ke Kota Kupang. Kami merasa seperti baru menikmati kemerdekaan," katanya.
Ketika musim hujan tiba, wilayah Naikliu dan Amfoang di Kabupaten Kupang menjadi terisolasi total akibat buruknya badan jalan serta melintasi daerah perbukitan yang terjal serta harus melewati 188 kali (sungai) yang terbentang pada ruas jalan tersebut.
"Namun, dengan beroperasinya KMP Lakaan yang membuka lintas penyeberangan baru Kupang-Naikliu, masyarakat Naikliu dan Amfoang sudah bisa mengatasi masalah transportasi yang menjadi kendala terbesar selama ini sejak Indonesia Merdeka 1945," kata Naisunis.
KMP Lakaan mulai melayani rute penyeberangan Kupang-Naikliu sejak 10 Mei lalu, setelah diresmikan pengoperasiannya oleh Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Pudji Hartanto di Pelabuhan Penyeberangan Bolok, Kupang Barat, Rabu (10/5).
Masyarakat Naikliu dan Amfoang tampak sangat antusias menyambut kedatangan KMP Lakaan, yang diberi nama berdasarkan nama sebuah gunung di wilayah Kabupaten Belu, NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.
Gunung Lakaan ini merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Timor bagian barat NTT, setelah Gunung Mutis di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang berada pada ketinggian 1.600 meter dari permukaan laut.
Secara geografis, Gunung Lakaan ini berada di wilayah Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu. Kawasan pegunungan ini sering dijadikan sebagai tempat rekreasi oleh warga lokal karena suhu udaranya cukup dingin.
Di lembah Gunung Lakaan, terdapat sebuah padang sabana yang sangat luas dan datar serta memesona mata. Masyarakat setempat menyebut padang Sabana tersebut dengan nama Fulan Fehan dengan luas hamparan mendekati 1.000 meter di atas permukaan laut.
Menurut Naisunis, kehadiran KMP Lakaan sangat membantu dan meringankan beban warga yang selama ini harus mengeluarkan biaya transportasi yang sangat besar melalui angkutan darat, yang batas tarifnya ditentukan sesuai dengan kondisi.
Waktu tempuh melalui jalan darat membutuhkan sekitar 13 jam, karena kondisi jalan yang sangat buruk yang menjadi penentu dasar bagi para kondektur untuk menetapkan batas tarif angkutan antara Rp50.000 sampai Rp100.000/penumpang.
Sedang, melalui jalur transportasi laut dengan menggunakan KMP Lakaan yang hanya membutuhkan waktu empat jam pelayaran, masih dalam tahap pembahasan oleh pihak PT Ferry Indonesia Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Kupang.
Sampai sejauh ini, pihak PT Ferry Indonesia ASDP Cabang Kupang belum menetapkan batas tarif angkutan laut dan jalur baru lintasan penyeberangan sehingga belum ada jadwal yang pasti dari KMP Lakaan yang akan melayani Kupang-Naikliu.
Namun, Camat Amfoang Utara di Naikliu Andreas Naisunis mendesak PT Ferry Indonesia untuk segera menetapkan jalur lintasan penyeberangan baru serta batas tarif ASDP agar rute yang sudah terbuka itu segera beroperasi secara rutin.