Tak ada frekuensi radio, anak-anak di Sikka tak bisa belajar
Ya walaupun ada jaringan atau frekuensi radio, kami juga tak bisa membeli radio karena penghasilan kami pas-pasan saja, sehingga dengan program dari PemkabĀ Sikka ini jujur saya dan warga di sini khususnya anak-anak kami tak bisa belajar seperti biasa
Kupang (ANTARA) - Sejumlah orang tua wali murid di Kampung Todang Ili Gai, Desa Hokor, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT mengeluh karena anak-anak mereka tak bisa mengikuti pelajaran melalui radio akibat tak adanya frekuensi radio yang sampai ke daerah itu.
Paulus Moa (56) warga Dusun Todang, Desa Hokor dihubungi dari Kupang, Senin mengatakan bahwa untuk jaringan telepon ada, tetapi untuk jaringan internet serta frekuensi radio tak ada sama sekali sehingga anak-anak di kampung itu sama sekali tak bisa merasakan aktivitas belajar melalui radio seperti yang dirasakan oleh anak-anak lainnya.
Baca juga: Pemkab Sikka gunakan radio untuk belajar dari rumah
Seluruh warga yang tinggal di kampung itu pekerjaannya sebagai petani, penghasilan pas-pasan, sehingga walaupun ada frekuensi kata dia warga setempat tak mampu juga membeli radio.
"Ya walaupun ada jaringan atau frekuensi radio, kami juga tak bisa membeli radio karena penghasilan kami pas-pasan saja, sehingga dengan program dari Pemkab Sikka ini jujur saya dan warga di sini khususnya anak-anak kami tak bisa belajar seperti biasanya," katanya.
Ia mengatakan bahwa untuk sampai ke desa itu, warga kampung itu harus berjalan kurang lebih 13 kilometer dan harus melintasi perbukitan dan hanya jalan setapak yang ada di jalur tersebut karena memang kampung itu dikelilingi oleh hutan lindung.
Paulus mengatakan bahwa anak-anak mereka saat ini hanya bisa berada di rumah saja. Jika tak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah maka anak-anak di kampung itu hanya bisa membantu orang tuanya berkebun.
"Ya mau bagaimana lagi. Keadaan kami seperti ini. Kami juga berharap anak-anak kami bisa sekolah seperti biasa lagi tetapi mau bagaimana lagi," ujar dia.
Pauluspun dan warga di kampung itu sendiri memang juga sudah berharap agar pandemi COVID-19 ini cepat berakhir sehingga aktivitas sekolah bisa kembali terlaksana seperti biasa.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sikka, Mayela da Cunha mengatakan bahwa memang ada beberapa daerah di kabupaten itu yang tak mendapatkan frekuensi radio.
Baca juga: Orang tua nilai belajar daring bebani anak
"Tetapi saat ini kBaca juga: Merdeka Belajar tepat untuk perkecil kesenjangan pendidikan
ami sedang berusaha untuk menambah repiter sehingga semua daerah di pelosok kabupaten Sikka juga dapat mendengarkan siaran radio," ujar dia.
Bagi yang tak mendapatkan siaran radio ujar dia para guru akan mencopy materi yang ada kemudian dibagikan kepada para murid. Selain itu merekam video sehingga bisa ditonton oleh para murid di daerah terpencil.
Paulus Moa (56) warga Dusun Todang, Desa Hokor dihubungi dari Kupang, Senin mengatakan bahwa untuk jaringan telepon ada, tetapi untuk jaringan internet serta frekuensi radio tak ada sama sekali sehingga anak-anak di kampung itu sama sekali tak bisa merasakan aktivitas belajar melalui radio seperti yang dirasakan oleh anak-anak lainnya.
Baca juga: Pemkab Sikka gunakan radio untuk belajar dari rumah
Seluruh warga yang tinggal di kampung itu pekerjaannya sebagai petani, penghasilan pas-pasan, sehingga walaupun ada frekuensi kata dia warga setempat tak mampu juga membeli radio.
"Ya walaupun ada jaringan atau frekuensi radio, kami juga tak bisa membeli radio karena penghasilan kami pas-pasan saja, sehingga dengan program dari Pemkab Sikka ini jujur saya dan warga di sini khususnya anak-anak kami tak bisa belajar seperti biasanya," katanya.
Ia mengatakan bahwa untuk sampai ke desa itu, warga kampung itu harus berjalan kurang lebih 13 kilometer dan harus melintasi perbukitan dan hanya jalan setapak yang ada di jalur tersebut karena memang kampung itu dikelilingi oleh hutan lindung.
Paulus mengatakan bahwa anak-anak mereka saat ini hanya bisa berada di rumah saja. Jika tak ada aktivitas belajar mengajar di sekolah maka anak-anak di kampung itu hanya bisa membantu orang tuanya berkebun.
"Ya mau bagaimana lagi. Keadaan kami seperti ini. Kami juga berharap anak-anak kami bisa sekolah seperti biasa lagi tetapi mau bagaimana lagi," ujar dia.
Pauluspun dan warga di kampung itu sendiri memang juga sudah berharap agar pandemi COVID-19 ini cepat berakhir sehingga aktivitas sekolah bisa kembali terlaksana seperti biasa.
Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sikka, Mayela da Cunha mengatakan bahwa memang ada beberapa daerah di kabupaten itu yang tak mendapatkan frekuensi radio.
Baca juga: Orang tua nilai belajar daring bebani anak
"Tetapi saat ini kBaca juga: Merdeka Belajar tepat untuk perkecil kesenjangan pendidikan
ami sedang berusaha untuk menambah repiter sehingga semua daerah di pelosok kabupaten Sikka juga dapat mendengarkan siaran radio," ujar dia.
Bagi yang tak mendapatkan siaran radio ujar dia para guru akan mencopy materi yang ada kemudian dibagikan kepada para murid. Selain itu merekam video sehingga bisa ditonton oleh para murid di daerah terpencil.