Dolar terendah satu minggu saat optimisme angkat aset berisiko

id dolar AS,aset berisiko,imbal hasil AS,obligasi pemerintah,data ekonomi

Dolar terendah satu minggu saat optimisme angkat aset berisiko

Petugas menunjukkan uang dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang di Jakarta. ANTARA /Sigid Kurniawan/pri. (ANTARA /Sigid Kurniawan)

Pasar mungkin menjadi sedikit terlalu sensitif terhadap kenaikan inflasi yang tidak terkendali - yang belum terjadi
New York (ANTARA) - Dolar jatuh ke level terendah satu minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), saat Bank Sentral Eropa (ECB) mengatakan akan mempertahankan biaya pinjaman dan lelang obligasi pemerintah 30-tahun memenuhi permintaan yang cukup untuk membantu menstabilkan imbal hasil, memberikan dorongan pada aset-aset berisiko.

ECB mengatakan siap untuk mempercepat pencetakan uang guna menahan imbal hasil zona euro turun, menandakan pasar yang skeptis bahwa pihaknya bertekad untuk meletakkan dasar bagi pemulihan ekonomi yang solid.

Di Amerika Serikat, tanggapan terhadap lelang obligasi pemerintah, yang mengikuti lelang 3 tahun dan 10 tahun di awal pekan, membantu meredakan kekhawatiran tentang kemampuan investor untuk menyerap peningkatan utang yang diperlukan untuk membiayai respon terhadap pandemi.

“Kami memiliki serangkaian kabar baik minggu ini sejauh menyangkut lelang obligasi pemerintah dan tentu saja ECB memberikan sedikit lebih banyak dari yang kami harapkan sejauh menjadi sedikit lebih dovish dan mencoba untuk meningkatkan pembeliannyan(obligasi),” kata Mazen Issa, ahli strategi valas senior di TD Securities.

"Ini adalah sinyal bahwa kami mungkin melihat penarik yang cukup signifikan di balik harga-harga aset berisiko."

Investor khawatir lelang bisa berjalan buruk setelah penjualan (obligasi) tujuh tahun yang lemah bulan lalu membantu memicu aksi jual dramatis dalam surat utang pemerintah.

Pasar ekuitas dunia melonjak, dengan indeks S&P 500 dan Dow mencapai tertinggi sepanjang masa pada Kamis (11/3/20210, dibantu oleh serangkaian berita positif, ketika klaim pengangguran mingguan turun lebih dari yang diharapkan dan Presiden AS Joe Biden menandatangani RUU stimulus 1,9 triliun dolar AS menjadi undang-undang.

Nada "risk-on" di pasar dibantu oleh data harga konsumen AS yang lemah pada Rabu (10/3/2021) yang membantu meredakan kekhawatiran tentang kemungkinan lonjakan inflasi karena ekonomi dibuka kembali dari pandemi COVID-19.

“Pasar mungkin menjadi sedikit terlalu sensitif terhadap kenaikan inflasi yang tidak terkendali - yang belum terjadi,” kata Kit Juckes, kepala strategi valas di Societe Generale.

Mata uang safe-haven dolar turun 0,41 persen pada 91,435 terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, penurunan hari ketiga berturut-turut setelah menyentuh tertinggi tiga bulan di 92,506 pada Selasa (9/3/2021).

Euro menguat sekitar 0,44 persen terhadap dolar, pada 1,19815 dolar AS. Euro jatuh sekitar 2,0 persen sejauh tahun ini.

“Prospek Eropa telah mengecewakan banyak orang dan ekspektasi untuk zona euro masih terkepung oleh COVID-19, dan itu mencegah euro untuk benar-benar lepas landas hari ini,” kata Edward Moya, analis pasar senior di broker FX OANDA.

Di tempat lain, dolar Australia dan Selandia Baru naik untuk sesi ketiga berturut-turut, keduanya berada pada level tertinggi dalam seminggu terhadap dolar AS, dibantu oleh kenaikan harga-harga komoditas.

Baca juga: Emas naik tipis terganjal kenaikan imbal hasil obligasi AS

Baca juga: Dolar jatuh terseret mundurnya imbal hasil AS


Dalam mata uang kripto, bitcoin menguat 2,6 persen menjadi 57.300,83 dolar AS. Mata uang digital telah pulih dari beberapa kerugian baru-baru ini tetapi belum melampaui level tertinggi sepanjang masa di 58.354,14 dolar AS, yang dicapai pada 21 Februari.