"Apalagi saat ini, sekitar 15 juta rakyat yang menyebar di berbagai desa di Indonesia terlibat dalam proyek padat karya tersebut. Ini sebuah kesempatan yang dibangun pemerintah dalam upaya mengatasi pengangguran di negeri ini," kata FanggidaE di Kupang, Selasa.
Proyek padat karya tersebut dilaksanakan di 74.954 desa di Indonesia di bawah koordinasi empat kementerian, yakni Kementerian Desa, Transmigrasi dan PDT, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pertanian.
Ada sekitar 200 tenaga kerja dari masing-masing desa akan direkrut dalam proyek padat karya tersebut. "Pilihan proyeknya tergantung kebutuhan setiap desa, berdasarkan karakteristik wilayah masing-masing yang telah direncanakan bersama secara berjenjang," katanya.
Selain itu, iklim dan lingkungan daerah juga harus menjadi kriteria lain dari proyek itu sehingga memenuhi kebutuhan banyak pihak misalnya pertanian, pengairan dan perumahan.
"Ini kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah dan daya beli masyarakat di satu sisi dan peningkatan pendapatan masayrakat di sisi lain," katanya.
Dalam konteks pengangguran, berdasarkan data BPS Nusa Tenggara Timur hingga Agustus 2017 angka penganggur di NTT pada sebesar 78,5 ribu orang atau bertambah 1,9 ribu orang dibanding penganggur Agustus 2016 sebesar 76,6 ribu orang.
Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) NTT Agustus 2017 sebesar 69,09 persen, turun 0,09 poin dibandingkan TPAK NTT Agustus 2016 yang sebesar 69,18 persen.
Angkatan kerja NTT pada Agustus 2017 sebesar 2,40 juta orang, bertambah 45,0 ribu orang dibanding angkatan kerja Agustus 2016 sebesar 2,35 juta orang.
Penduduk yang bekerja di NTT pada Agustus 2017 mencapai 2,32 juta orang, bertambah 43,0 ribu orang dibanding keadaan pada Agustus 2016 yang sebesar 2,28 juta orang.
Jumlah angka pengangguran NTT dari waktu ke waktu terus bertambah seiring dengan bertambahnya angkatan kerja dengan lapangan kerja utama terus meningkat.
Dengan distribusi penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian sebesar 1,27 juta orang (54,81 persen), diikuti Jasa (14,60 persen), Perdagangan (10,23 persen) dan sektor industri (8,85 persen). Namun persentase di sektor jasa mengalami penurunan.
Selain itu, iklim dan lingkungan daerah juga harus menjadi kriteria lain dari proyek itu sehingga memenuhi kebutuhan banyak pihak misalnya pertanian, pengairan dan perumahan.
"Ini kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah dan daya beli masyarakat di satu sisi dan peningkatan pendapatan masayrakat di sisi lain," katanya.
Dalam konteks pengangguran, berdasarkan data BPS Nusa Tenggara Timur hingga Agustus 2017 angka penganggur di NTT pada sebesar 78,5 ribu orang atau bertambah 1,9 ribu orang dibanding penganggur Agustus 2016 sebesar 76,6 ribu orang.
Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) NTT Agustus 2017 sebesar 69,09 persen, turun 0,09 poin dibandingkan TPAK NTT Agustus 2016 yang sebesar 69,18 persen.
Angkatan kerja NTT pada Agustus 2017 sebesar 2,40 juta orang, bertambah 45,0 ribu orang dibanding angkatan kerja Agustus 2016 sebesar 2,35 juta orang.
Penduduk yang bekerja di NTT pada Agustus 2017 mencapai 2,32 juta orang, bertambah 43,0 ribu orang dibanding keadaan pada Agustus 2016 yang sebesar 2,28 juta orang.
Jumlah angka pengangguran NTT dari waktu ke waktu terus bertambah seiring dengan bertambahnya angkatan kerja dengan lapangan kerja utama terus meningkat.
Dengan distribusi penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian sebesar 1,27 juta orang (54,81 persen), diikuti Jasa (14,60 persen), Perdagangan (10,23 persen) dan sektor industri (8,85 persen). Namun persentase di sektor jasa mengalami penurunan.