Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Nusa Tenggara Timur telah mengusulkan mantan Menteri Perhubungan Frans Seda sebagai pahlawan nasional karena dinilai berjasa dalam pembangunan infrastruktur perhubungan maupun keuangan di Indonesia.
Kepala Dinas Sosial, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Welem Fony kepada wartawan usai upacara HUT Pahlawan Kemerdekaan ke-72 di alun-alun rumah jabatan gubernur NTT, Jumat, mengatakan usulan menjadikan Frans Seda sebagai pahlawan nasional telah disampaikan kepada pemerintah pusat beberapa tahun silam.
"Kita sudah usulkan kepada pemerintah pusat karena sosok Frans Seda sangat layak dinobatkan sebagai pahlawan nasional dari NTT," kata Fony.
Beberapa jabatan strategis yang diembang putra asal Maumere, Flores, NTT itu di antaranya menjadi Menteri Keuangan pada tahun 1966 hingga 1968, Menteri Perkebunan dalam Kabinet Kerja IV tahun 1963-1964 serta Menteri Perhubungan tahun 1968-1973 dalam kabinet pembangunan I.
Fony mengatakan, beberapa persyaratan administratif terkait penetapan Frans Seda sebagai pahlawan nasional sudah terpenuhi seperti adanya nama jalan Frans Seda di Kota Kupang, serta bandara udara Frans Seda di Maumere, Kabupaten Sikka yang sebelumnya bernama bandara Waioti.
"Proses untuk penetapan seseorang menjadi pahlawan nasional sangat panjang, karena pemerintah pusat harus mempelajari secara detail tentang seorang calon pahlawan nasional. Kita lihat saja Soeharto yang sudah diusulakn begitu lama tetapi sampai saat ini juga belum direalisasikan karena perlu dipelajari secara mendalam oleh pemerintah pusat," tegas Fony.
Selain itu kata dia, harus ada saksi hidup yang dapat menceritakan secara detail tentang perjalanan hidup seorang yang diusulkan sebagai pahlawan nasional.
Ia berharap, penetapan Frans Seda sebagai pahlawan nasional asal NTT dapat direalisasikan karena berbagai persyaratan teknis yang diminta pemerintah pusat telah dipenuhi pemerintah NTT.
Fony menambahkan, NTT sudah memiliki tujuh orang yang nobatkan sebagai pahlawan nasional yaitu Prof Dr Ir Herman Johannes, IH Doko, Prof Dr Wilhelmus Zakarias Johannes serta perintis Kemerdekaan Tom Pello.