Kupang (Antara NTT) - Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Nusa Tenggara Timur Mesakh Toy mengatakan, keaslian arsitektur bangunan rumah adat menjadi unggulan desa-desa wisata di provinsi itu untuk menarik kunjungan wisatawan asing.
"Keasliannya dan bentuk arsitekturnya yang unik menjadi daya tarik utama, dan itu diakui para wisatawan asing yang kami layani ketika berkunjung ke desa-desa wisata di NTT," kata Mesakh Toy saat dihubungi Antara di Kupang, Sabtu.
Ia menjelaskan, kebanyakan wisatawan asing yang tertarik mengunjungi desa-desa wisata di NTT berasal dari sejumlah negara seperti Jerman, Belanda, dan Spanyol.
Mesakh mengaku, bahkan pernah melayani kunjungan wisatawan dari Jerman sekitar 22 hari ke desa-desa wisata di Pulau Timor hingga 10 hari lamanya, kemudian berpindah ke Sabu, Rote, dan Alor.
Menurutnya, wisatawan sangat suka melihat arsitektur rumah adat seperti rumah bulat Obet Bobo di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Pulau Timor, rumah adat model perahu terbalik di Sabu Raijua, rumah adat Takpala di Alor, hingga rumah atap menara di Pulau Sumba dan lainnya.
"Mereka interset terhadap keasliannya dan arsitektur yang bagi mereka unik seperti beratapkan alang-alang, kemudian model dan jenis kayu bangunannya, hingga benda-benda seperti tanduk binatang dan peralatan lain di dalamnya," katanya.
Selain itu, katanya, produk-produk budaya lainnya seperti topi dan kain tenun tradisional dengan gambar dan motif yang memiliki nilai-nilai filososfis tersendiri juga menjadi daya tarik utama.
"Seperti topi tiilangga dan kain tradisonal di Rote, wisatawan bahkan rela membayar uang kepada pemiliknya untuk mengenakan produk-produk budaya tersebut dan didokumentasikan," katanya.
Menurutnya, keaslian produk-produk budaya serta arsitektur bangunan itu seyogyanya harus dipertahankan karena memiliki nilai jual yang tinggi untuk menarik minat kunjungan wisatawan.
Apalagi NTT memiliki lebih dari 40 etnis yang masing-masingnya memiliki kekhasan produk-produk budaya sehingga membuat pilihan destinasi menjadi lebih kaya, katanya.
Untuk itu, Mesakh berharap pengembangan desa-desa wisata di provinsi Selaksa Nusa itu ke depannya tidak banyak disentuh pembangunan modern demi mempertahankan keasliannya.
"Peran pemerintah daerah bersama masyarakatnya yang diharapakan itu terutama memastikan infrastruktur seperti jalan menuju desa-desa wisata ini bisa diakses dengan mudah, selain itu persediaan air, hingga dukungan jangkauan jaringan telekomunikasi," katanya.