Aparat TNI-Polri dihadang masyarakat Lamboya

id warga hadang

Aparat TNI-Polri dihadang masyarakat Lamboya

Warga Lamboya berlarian menghadang dan menyerang personel keamanan Polri-TNI yang mengamankan proses pengukuran tanah di Sumba Barat, Kamis (26/4). (ANTARA Foto/Humas Polda NTT)

Sebanyak 131 personel gabungan TNI-Polri dihadang masyarakat Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat saat mengawal proses pengukuran tanah di daerah itu, Kamis (26/4).
Kupang (AntaraNews NTT) - Sebanyak 131 personel gabungan TNI-Polri dihadang masyarakat Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat saat mengawal proses pengukuran tanah di daerah itu, Kamis (26/4).

Kabid Humas Polda NTT Kombes Pol Jules Abraham Abast kepada wartawan di Kupang, Kamis (26/4) mengatakan personel TNI dan Polri yang dihadang masyarakat Lamboya itu  berasal dari Polres Sumba Barat, Satbrimobda Polda NTT serta Kodim 1613/Sumba Barat.

"Personel kami dihadang dan dilempari batu saat menjaga pengukuran tanah yang dilakukan tim dari Dinas Pertanahan Sumba Barat yang dipimpin oleh Kepala Dinas Pertanahan Kabupaten Sumba Barat Jaungkap E Simatupang," kata Jules.

Proses pengawalan pengukuran tanah itu berdasarkan Surat Permohonan Bantuan Keamanan dari Janis dan Associates (kuasa hukum PT. Sutera Marosi Kharisma) Nomor : 325/JA-EXT/IV/2018 Tanggal 9 April 2018.

"Kegiatan pengamanan berlangsung pada pagi hari sekitar pukul 10.00 Wita, terjadi pengukuran tanah Sertifikasi HGB Nomor 3 sampai dengan 7 atas nama Oki Rehardi Lukita dari PT Sutera Marosi Kharisma dilakukan oleh Pihak Pertanahan Kabupaten Sumba Barat dan disaksikan oleh Kadis Pertanahan, Camat Lamboya, Kades Patiala Bawa dan pihak dari PT. Sutera Marosi Kharisma bersama kuasa hukum," tambahnya.

Pada awalnya, lanjut Jules, sempat terjadi penolakan oleh warga setempat, namun usai diberikan penjelasan situasi kembali kondusif.

Namun saat beralih ke lokasi pengukuran tanah yang lain, sekitar pukul 15.00 Wita kembali terjadi penolakan oleh masyarakat yang disertai dengan pelemparan batu ke pihak Pertanahan dan Petugas Keamanan.
Personel keamanan membersihkan tumpukan batu yang disebar di sepanjang jalan oleh warga Lamboya, Sumba Barat. (ANTARA Foto/Humas Polda NTT)


Baca juga: Kunjungan Wisatawan ke Sumba Barat Meningkat

Petugas keamanan pun berkomunikasi dan mengingatkan warga untuk tidak melakukan aksi lempar dan menghormati segala keputusan yang telah ditetapkan. Tetapi mayoritas warga justru membawa parang dan mengamuk sambil melempari petugas dengan batu.

Petugas keamanan pun melakukan tembakan peringatan untuk meredakan situasi, namun warga tetap tidak mengindahkan peringatan petugas dan malah bertindak brutal dengan melempari para petugas bertubi-tubi. Dalam kondisi terdesak, akhirnya petugas melemparkan tembakan gas air mata," ujar Jules.

Di tengah ricuhnya situasi sore itu terdengar suara teriakan dari kelompok warga bahwa ada yang terjatuh. Dan petugas pun langsung melakukan pertolongan kepada korban PD (40) dan MMD (26) dengan membawanya ke Puskesmas Kabukarudi.

Sesampainya di Puskesmas nyawa PD tak tertolong dikarenakan keterbatasan peralatan medis, korban pun segera dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak untuk dilakukan visum untuk mengetahui penyebab kematiannya.

"Berdasarkan keterangan dokter yang melakukan pemeriksaan diketahui bahwa luka pada dada korban PD tidak disebabkan oleh luka tembak. Sedangkan untuk korban MMD, saat ini sedang menjalani tindakan perawatan oleh tim medis," tambah mantan Kapolres Manggarai Barat tersebut..

Akibat insiden tersebut, Pihak Pemohon bersama Petugas Pertanahan menghentikan proses pengukuran dan memutuskan untuk kembali ke Kota Waikabubak. Akan tetapi di tengah perjalanan kembali ke Kota Waikabubak, jalan yang dilalui kendaraan rombongan diblokir oleh warga dengan menggunakan batu.

Usai membersihkan sejumlah tumpukan batu itu, personel gabungan kembali melanjutkan perjalanannya, akan tetapi sesampainya di depan rumah Kepala Desa Patiala Bawa, masyarakat kembali memblokir jalan serta melakukan aksi pelemparan batu ke arah petugas keamanan.

Baca juga: Sumba Barat Berharap Jaringan Listrik ke Nihiwatu
Salah satu bentuk rumah adat Sumba di NTT (ANTARA Foto/dok)

Petugas Keamanan kembali mengeluarkan tembakan peringatan sehingga warga berlarian ke arah belakang rumah Kepala Desa, dan petugas kembali melanjutkan perjalanan ke Kota Waikabubak.

Atas insiden tersebut, Kabid Humas Polda NTT mengimbau kepada masyarakat untuk menghormati serta menghargai segala keputusan yang telah ditetapkan oleh hukum. Selebihnya apabila ada yang ingin disampaikan hendaknya jangan memilih jalan anarkis dengan melakukan aksi yang hanya membahayakan diri sendiri.

Masyarakat pun diharapkan untuk tidak terprovokasi dan membuat berita bohong dan menyebarkan di media sosial atau media lainnya, apalagi terkait penyebab dari kematian seorang warga dalam insiden itu.

"Untuk memastikan penyebab korban meninggal dunia proses otopsi akan dilakukan. Sementara korban yang mengalami luka pada bagian kaki saat ini masih dirawat di RSUD Waikabubak," tambahnya.