Terorisme bisa berdampak pada pariwisata

id asita

Terorisme bisa berdampak pada pariwisata

Ketua ASITA Nusa Tenggara Timur Abed Frans (ANTARA Foto)

"Kami khawatir peristiwa terorisme baru-baru ini kemudian membuat negara-negara penyuplai wisatawan mengeluarkan "travel warning" atau peringatan berwisata ke Indonesia termasuk ke Nusa Tenggara Timur," kata Abed Frans di Kupang, Selasa, (15/5).
Kupang,  (AntaraNews NTT) - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur Abed Frans khawatir peristiwa terorisme seperti pengeboman beruntun di Surabaya, Jawa Timur, berdampak pada sektor pariwisata di daerah Provinsi NTT.

"Kami khawatir peristiwa terorisme baru-baru ini kemudian membuat negara-negara penyuplai wisatawan mengeluarkan "travel warning" atau peringatan berwisata ke Indonesia termasuk ke Nusa Tenggara Timur," kata Abed Frans di Kupang, Selasa.

Menurutnya, jika larangan tersebut dikeluarkan maka arus kunjungan wisatawan mancanegara akan menurun secara drastis karena turunnya permintaan wisata dari luar negeri.

NTT sebagai daerah wisata unggulan nasional dengan destinasi wisata Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo, Pulau Flores, yang sudah mendunia, lanjutnya, tentu akan terkena dampak.

Sejumlah negara yang sudah mengeluarkan "travel advice" (imbauan bepergian) bagi warganya yang bepergian ke lokasi yang dianggap rawan menyusul sejumlah peristiwa terorisme di Indonesia seperti Inggris, Amerika, dan Australia.

`Travel advice` ini masih berupa imbauan bagi warga negara yang bepergian, namun belum sampai pada tingkatan "travel warning" atau peringatan bepergian.

Aben Frans berharap, pemerintah segera mengatasi kondisi ancaman terorisme secara tuntas demi keamanan dan kenyamanan semua masyarakat Indonesia maupun wisatawan asing yang datang.

Menurutnya, pemerintah melalui aparat keamanan TNI-Polri di satu sisi harus terus meningkatkan kewaspadaan terutama pada pintu-pintu setiap daerah wisata seperti bandara dan pelabuhan.

"Sementara pengamanan di destinasi wisata sendiri bisa dilakukan yang wajar-wajar saja," katanya.

Ia berharap, situasi ancaman terorisme segera pulih mengingat untuk memulihkan kembali pariwisata pasca terorisme membutuhkan waktu yang panjang. "Contohnya bom Bali waktu itu," katanya.

Ia menambahkan, apalagi saat ini sesudah menjelang kegiatan "annual meeting" IMF-World Bank di Bali pada Oktober 2018 yang dihadiri delegasi dari ratusan negara.

Pihaknya berharap, para delegasi dari negara-negara peserta kegiatan tetap berminat melakukan perjalanan wisata setelah kegiatan di Bali tersebut.

Salah satu paket wisata yang dijual ke para delegasi ini yaitu Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo, Pulau Flores, katanya.

Baca juga: Pemuda lintas agama NTT kecam terorisme