Poro Duka tewas karena terkena peluru karet

id dokter

Poro Duka tewas karena terkena peluru karet

Kepala Sub Bidang Kedokteran Kepolisian RS Bhayangkara Polda NTT Dr. Ni Luh Putu Eni Astuti (kanan) mendengarkan keterangan dari Komisionaris Kompolnas RI Andrea H Poeloengan di Kupang, Selasa (15/5) . (Foto Antara/Kornelis Kaha)

"Berdasarkan hasil otopsi, peluru karet tersebut mengenai dadanya saat petugas mengamankan aksi penolakan warga di Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Bara," katanya.
Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Sub Bidang Kedokteran Kepolisian RS Bhayangkara Polda NTT dr Ni Luh Putu Eni Astuti menjelaskan kematian Poro Duka, seorang petani asal Sumba Barat dalam insiden penolakan pengukuran tanah beberapa waktu lalu, karena terkena peluru karet.

"Berdasarkan hasil otopsi, peluru karet tersebut mengenai dadanya saat petugas mengamankan aksi penolakan warga di Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Bara," katanya kepada wartawan di Kupang, Selasa (15/5).

Hal itu disampaikan saat konfrensi pers terkait kasus Sumba Barat yang menewaskan seorang petani dan mengakibatkan seorang petani lainnya mengalami luka di kaki karena terkena peluru karet.

Poro Duka merupakan korban yang tewas terkena peluru karet saat aksi penolakan pengukuran tanah yang dilakukan pihak investor di pesisir Marosi, Desa Patiala Bawa, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur pada Rabu, 25 April 2018.

Menurut kesaksian warga, saat pengukuran tanah itu polisi dan tentara ikut mengawal dengan membawa senjata api.

Keterangan dari pihak Humas Polda NTT juga menyebutkan ada kurang lebih 131 aparat keamanan yang dilengkapi senjata mengamankan pengukuran itu.

Eni Astuti mengatakan setelah dilakukan otopsi diketahui bahwa peluru karet tersebut menembus sampai ke kantong jantung Poro Duka serta bilik kanan jantung korban.

Ia mengatakan di kantong jantung itu ditemukan adanya anak peluru karet, berbentuk bulat lonjong dan berwarna hitam dengan panjang 0,8 cm dengan diameter 0,5 cm pada kantong jantung.

"Dengan mengacu pada bukti tersebut, kami tim dokter berkesimpulan bahwa penyebab kematian petani asal Sumba Barat itu karena terkena luka tembak yang bersumber dari peluru karet," katanya menegaskan.

Ia menambahkan hingga saat ini masih dilakukan uji balistik terhadap anak peluru tersebut di laboratorium forensik Denpasar, Bali.

Sementara itu, Komisionaris Kompolnas Andrea H Poeloengan mengatakan pasukan yang melakukan penembakan dengan menggunakan peluru karet adalah pasukan pengurai massa, sedang Brimob Polda NTT tidak menembakkan peluru karet.

"Kami sudah periksa peluru karetnya dan sesuai jumlah pasukan pengurai massa saja yang mengeluarkan tembakan pada saat itu, sementara pasukan Brimob tidak melakukannya," ujarnya.

Dari pengakuan warga sekitar saat kejadian tersebut juga diketahui bahwa jarak pasukan bersenjata dengan lokasi terkenanya proyektil peluru sejauh 60-70 meter.

Ia pun mengatakan bahwa pada saat kejadian tersebut menurut cerita warga, pasukan keamanan dan pengukur lahan dikepung warga, dan meleparkan batu serta berbagai macam kayu ke arah pasukan.

"Hingga saat ini penyelidikan kasus ini terus berlanjut untuk mengetahui siapa yang menembakkan peluru karet tersebut ke arah warga," ujarnya.